17.11.09

Marxisme dan Max Weber

Marxisme
Pendidikan yg radikal diluar pemikiran pokok filsafat pendidikan. Pemikiran pendidikan radikal sedikitnya memuat tiga sumber. Tradisi anarkis berkembang pada abad ke 18 dan berlanjut hingga abad ke 19 dan 20 yang secara konsisten menentang persekolahan umum sebagai sesuatu yang destruktif pada otonomi individu. Tradisi marxist telah mengkritik sekolah sebagai bentuk alienation (keterasingan) dalam dunia industri modern. Tradisi Marsist muncul sebagai penanggulangan keterasingan yang merupakan langkah pertama dalam perubahan yang radikal. Fraire berada dalam tradisi tersebut dengan theory of conscientization (teori penyadaran). Ketiga tradisi dipresentasikan oleh pengikut Freud dan tersmasuk seperti Wilhelm Reich dan A. S. Neill. Tradisi tersebut menekankan pada perubahan sifat kepribadian, struktur keluarga, dan praktek pengasuhan anak sebagai tahap pertama dalam pendidikan radikal.
Tradisi Anarkist
Tradisi anarkis dalam pendidikan telah diuji oleh Spring (1973, 1975). Sebagai filsapat sosial dan politik para anarkisme yang telah memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang fundamental mengenai peran dan otoritas alamiah dalam masyarakat, dan semenjak abad ke 18 hal tersebut telah mempertanyakan berbagai eksistensi sistem persekolahan yang dilaksanakan oleh negara dan kemungkinan bentuk non-authoritarian dalam pendidikan.
Para penganut aliran anarkisme menentang sistem pendidikan nasional kerena keyakinannya bahwa pendidikan nasional dalam sebuah negara dipakai untuk kepentingan politik dan melanggengkan kekuasaan. Perhatian utama dari tradisi tersebut menyajikan berbagai kemungkinan otonomi personal (pribadi). Francisco Ferre, seorang penganut anarkis Spanyol, mengkritik sistem pendidikan dalam pengkodisian siswa untuk ketaatan dan kepatuhan (1913). Sistem pendidikan menerutnya, terikat oleh dogma-dogma politis dan nerusaha membentuk individu untuk menjadi orang negera yang berguna dengan menghilangkan otonomi pribadi dan membatasi kekuatan individu. Inti atau hati pendidikan menurut para aliran anarkist adalah membangun individu untuk dapat memilihi, bebas dari dogma-dogma dan prasangka, dan individu dapat menentukan tujuan-tujuan dan keinginan-keinginan dirinya sendiri. Leo Tolstoi, seorang Kristian Rusia penganut aliran anarkis membedakan antara kebudayaan dan pendidikan. Kebudayaan dipresentasikan penyebaran pengetahuan dan nilai-nilai tanpa disadari dan disengaja yang membentuk individu; pendidikan membentuk karakter dan menerapkan berbagai bentuk paksaan yang dapat diterima dengan disadari dan disengaja.
Tradisi Sosialis Marxist
Tradisi sosialis marxis dalam pendidikan berusaha menghasilkan kebebasan dan otonomi seseorang melalui perubahan yang revolusioner dari politik ekonomi kapitalis pada bentuk pemerintahan dan ekonomi sosialis. Marx sendiri tidak memberikan pendidikan sebagai suatu peran yg penting dalam membuat revolusi sosialis, pemikiran ini lebih dekat dengan kepentingankepentingan kelas dominan. Pada tahun 1932, ditengah sebuah tekanan, Counts menentang terhadap apa yang telah dicapai para pendidik Amerika terhadap kekuatan politik dan membawa negara pada sosialisme. Seorang pendidik Amerika yang konsisten memelihara posisi sosialis marxis dalam filsafat pendidikan dalah Theodore Brameld, Prof.Emeritus di Universitas Bolton. Dalam hidupnya Brameld telah menyisakan keyakinannya bahwa pendidikan dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan masyarakat sosialis, meskipun dia menolak metode indokrinasi yang diungkapkan oleh Counts. Michael Katz (1968) menunjukan bagaimana mereformasi berbagai macam gerakan pendidikan dalam sejarah negara tersebut yang telah mengalami kegagalan untuk mewujudkan perubahan radikal yang dibutuhkan. Reformasi pendidikan menurut analisisnya adalah upaya untuk menghindari perubahan yang radikal dengan perubahan moderat yang mengesankan dalam struktur dan metode pengajaran.
Dalam pandangan tersebut keuntungan Marxisme terhadap dunia pendidikan yang salah satunya pendidikan nonformal adalah dimana pendidikan tidak hanya difokuskan pada persekolahan tetapi memberikan keleluasaan pada masyarakat untuk menentukan pendidikannya. Pendidikan keterampilan yang menghargai otonomi individu berkembang, dimana ada pandangan yang penting mengenai esesial pendidikan tidak hanya harus dilaksanakan di sekolah dan menjadi alat kepntingan politik semata, namun pendidikan mengarah pada pemberdayaan masyarakat untuk hidup lebih sadar akn kepentingan-kepetingannya.
Namun kekurangannya, jika wilayah sulit terjangkau dan masyarakat belum memiliki inisiatif dan kemandirian makan pendidikan terutama pendidikan nonformal akan sulit tercapai. Dikarenakan ada sebagian masyrakat yang harus dilakukan dengan pendekatan Up-Down, disini peran pemerintah sebagai lembaga yang berwenang dan memiliki kekuatan dalam segi politik dan finansial dibutuhkan.
Max Weber
Keuntungan terhadap pendidikan nonformal, weber menekankan pada mobilitas sosial dan ekonomi yang berasaskan religius. Masyakat dapat dikembangkan melalui kelas sosial nya dan keyakinannya, pendidikan nonformal bia mengarahkan pada salah satu penekanan keahlian atau pengetahuan tertentu yang lebih khusus untuk memebilisasi dirinya sehingga dapat berkembang dengan lebih baik dan cepat, dimana pengetahuan dan keterampilan yang tidak bisa secara lebih mendalam diberikan dalam persekolahan.
Namun kekurangan Max Weber bagi pendidikan nonformal, Weber cenderung mengarah pada modal dan kapitalisme sehingga memunculkan persaingan yang tinggi dalam aspek kapital. Dan hal ini perlu ditelaah secara lebih mendalam dikarenakan pendidikan jangan sampai menjadi industri kapital yang menimbulkan persaingan untung rugi secara materi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar