28.1.10

Opini Pemimpin dan Jaringan Difusi

Opini Pemimpin dan Jaringan Difusi

Biasanya orang tidak percaya, bahkan tidak pernah benar-benar percaya pada berbagai hal baru kecuali jika mereka sudah mengujinya melalui pengalaman.
Niccolo Machiavelli (1513. h. 51),
The Prince.

Setiap kumpulan dari lembu liar mempunyai para pemimpinnya, pemimpinnya yang berpengaruh.
Gabriel Tarde ( 1903, h. 4),
The Laws of Imitation.

SELURUH BAB SEBELUMNYA dari buku ini menekankan letak pentingnya jaringan hubungan antar pribadi yang mempengaruhi pada individu dalam meyakinkan mereka untuk mengadopsi inovasi. Di sini kita menyelidiki apa yang diketahui tentang jaringan difusi dan bagaimana mereka berfungsi untuk menyampaikan informasi evaluasi-inovasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang penggunaan gagasan baru. Kita mulai dengan diskusi opini pemimpin, bagi tingkat perorangan yang mana secara informal dapat mempengaruhi sikap individu lainnya atau perilaku yang jelas melalui cara yang diinginkan sesuai frekwensi relatif. Opini pemimpin terjadi pada individu yang memimpin yang mempengaruhi pendapat lain tentang inovasi. Perilaku opini pemimpin merupakan hal penting untuk menentukan tingkat adopsi dari suatu inovasi dalam sistem sosial; sesungguhnya, difusi kurva mempunyai bentuk-S secara umum, karena waktunya di mana para pemimpin mengadopsi pendapat dan oleh karena berhubungan dengan kemampuan mereka untuk mengaktipkan jaringan difusi dalam sistem sosial. Dalam rangka memahami sifat alami opini pemimpin, kita akan mendiskusikan (1) berbagai model aliran komunikasi masa, melalui dua langkah aliran dan perubahannya, (2) bagaimana homophily-heterophily mempengaruhi aliran komunikasi, (3) mengukur opini pemimpin, dan (4) karakteristik opini para pemimpin. Kita kemudian akan menyelidiki peran sosial yang memperlihatkan adanya jaringan difusi, dan bagaimana komunikasi interpersonnal mengiringi proses difusi.

Model Aliran Komunikasi Massa
Dalam rangka memahami sifat alami opini pemimpin, ada baiknya dalam difusi, kita sekarang menguji beberapa model arus komunikasi massa, secara garis besar pada urutan sementara, pintu masuk mereka pada peristiwa riset komunikasi.

Model Jarum Suntik
Model Jarum suntik berpostulat bahwa mass media secara langsung, dan memberi pengaruh kuat pada massa audien. Mass media pada tahun 1940 dan 1950 telah dirasa memberi pengaruh sangat kuat pada tingkah laku manusia. Media yang sangat kuat ini digambarkan seperti halnya dalam menyampaikan pesan bagi massa yang terurai ke atom untuk mereka terima, dengan tidak ada campurtangan apapun (Katzand Lazarfeld, 1955. h. 16). Bukti manipulasi mass media digambar seperti peristiwa historis : (1) peran surat kabar Hearst dalam membangkitkan dukungan publik untuk perang Spanyol-Amerika, (2) tenaga mesin propaganda Goebbel selama Perang Dunia II, dan (3) pengaruh Madison melalui jalan mengiklankan pada konsumen dan perilaku memilih.
Secepatnya, ketika metoda riset lebih canggih dengan menggunakan riset komunikasi, keraguan pantas dipertimbangkan karena telah dipengaruhi model jarum suntik. Terutama semata berdasarkan pada teori intuitif sekitar peristiwa historis dan terlalu sederhana, terlalu mekanis, dan terlalu mendapat keuntungan kotor untuk memberi tanggung jawab mass media yang mempengaruhi secara akurat.

Dua-langkah Model Aliran
Yang menentukan kemunculan model jarum suntik berdasarkan pada kesanggupan untuk menemukan dari studi klasik pada tahun 1940 dalam pemilihan presiden (Lazarsfeld et al, 1944). Penyelidikan ini dirancang dengan model jarum suntik dalam membentuk pikiran dan diarahkan pada penelitian peran media massa media dalam kepentingan keputusan politis. Penelitian mengejutkan, menunjukkan bukti bahwa hampir tidak ada beragam pilihan pemungutan suara secara langsung dipengaruhi oleh mass media. Lazarsfeld dan Menzel (1963, h. 96) yang menyatakan bahwa: "Studi ini melangkah luas untuk menentukan bagaimana mass media menyempurnakan adanya perubahan. Hal ini mengejutkan kita dalam menemukan efek agak kecil.... ketika Orang-Orang nampak lebih jauh dipengaruhi keputusan politis mereka secara face-to-face dalam hubungannya dengan orang lain... dibanding secara langsung oleh mass media." Sebagai gantinya data nampak mengindikasikan adanya "gagasan itu sering mengalir dari radio dan bentuk cetakan dari opini pemimpin dan dari hal ini semakin sedikit bagian yang aktip dalam populasi." ( Lazarsfeld et al, 1944, h. 151). Langkah yang pertama, dari sumber opini pemimpin, sebagian besar terbentuknya perpindahan informasi, sedangkan langkah yang kedua ,dari para pemimpin opini kepada para pengikut mereka, juga melibatkan pengaruh yang tersebar.
Langkah-kedua ini mengalir hipotesis yang telah lama diuji dalam berbagai situasi komunikasi dan biasanya menyediakan suatu kerangka yang konseptual yang dapat dipakai untuk menguji aliran komunikasi masa. Langkah-kedua model aliran ini membantu fokus perhatian adanya alat penghubung antara media massa dan pengaruh hubungan antar pribadi/interpersonal. Hal itu menyiratkan bahwa media massa tidak demikian kuat untuk banyak mengarahkan ketika kita berpikir. Seseorang mungkin ditunjukkan pada adanya gagasan baru yang mana melalui media massa atau saluran hubungan antar pribadi, dan kemudian terlibat dalam pertukaran komunikasi tentang pesan dengan contoh perilaku seseorang. Pandangan bahwa proses komunikasi sangat penting dalam menganalisa langkah-kedua sebagai batas langkah-langkah proses Komunikasi masa Proses boleh melibatkan lebih atau lebih sedikit dibanding langkah-kedua. Dalam beberapa peristiwa mungkin hanya ada satu langkah media massa yang mungkin mengarahkan dampak pada adanya suatu penerimaan. Dalam kejadian lainnya, daya dorong media massa mendorong kearah multi proses komunikasi.
Komunikasi berbeda fungsi pada sumber daya/saluran, dimana perbedaan terletak pada keputusan-inovasi proses individu. Dua-langkah aliran model yang asli tidak mengenali peran yang berbeda sumber daya/saluran yang ada dalam bermacam-macam langkah-langkah keputusan inovasi. Kita mengetahui dari bab 5 bahwa individu melewati adanya (1) untuk mengetahui adanya inovasi (2) untuk membujuk (3) keputusan untuk mengadopsi atau menolak (4) implementasi, dan kemudian untuk (5) konfirmasi tentang keputusan. Saluran Media massa terutama semata menciptakan pengetahuan, sedangkan jaringan hubungan interpersonal menjadi lebih penting untuk membujuk individu mengadopsi atau menolak. Dugaan ini secara tersirat merupakan pernyataan dari Dua-langkah model, sebab urutan waktunya melibatkan proses pengambilan keputusan. Seperti halnya pada sumberdaya/ salurannya, perbedaan pengetahuan versus langkah-langkah persuasi pada keduanya diantara opini para pemimpin dan para pengikut. Oleh karena itu, opini para pemimpin bukanlahlah satu-satunya untuk digunakan saluran media massa, sebagai statemen asli dari yang disarankan oleh Dua-langkah aliran model.
Secara keseluruhan kritik dua-langkah aliran model, mula-mula didalilkan, sebagian besar tidak cukup penjelasannya bagi kami. Aliran komunikasi massa audien lebih jauh dipersulit dibanding dibanding dua-langkah. Apa yang diketahui proses komunikasi masa adalah sangat terperinci untuk dinyatakan dalam satu kalimat atau dalam dua langkah. Meskipun demikian, dua manfaat intelektual dari hipotesis arus dua-langkah merupakan hasil riset komunikasi pada: (1) focus opini pemimpin, dan (2) beberapa revisi aliran dua-langkah, yaitu arus satu-langkah dan multistep

Homophily-Heterophily dan Aliran Komunikasi
Pemahaman seseorang dalam komunikasi secara alami mengalir sepanjang jaringan hubungan interpersonal yang ditingkatkan melalui konsep homophily dan heterophily. Sifat alami yang memberitahukan ulang pesan untuk diterbitkan dalam analisis jaringan sedemikian rupa.

Homophily-Heterophily
Prinsip pokok komunikasi manusia adalah bahwa perpindahan gagasan terjadi paling sering antara individu yang memiliki kesamaan, atau homophilous. Homophily adalah tingkat pendekatan individu yang mana saling berhubungan atribut yang serupa, seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan semacamnya. Walaupun label konseptual- homophily- ditetapkan pada masalah tertentu yang masih dikenal baru oleh Lazarsfeld dan Merton (1964, h. 23), keberadaan perilaku homophilous telah dicatat suatu setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903, h. 64): "Saya katakana, Hubungan sosial, jauh lebih dekat antara individu yang sama satu sama lain dalam pekerjaan dan pendidikan."
Homophily terjadi sangat sering sebab komunikasi menjadi lebih efektif ketika sumber dan penerima adalah homophilous. Komunikasi efektif memberi kemudahan bagi yang terlibat di dalamnya. Ketika dua individu berbagi makna, kepercayaan, dan bahasa timbal balik, kemungkinan komunikasi antara mereka lebih efektif. Kebanyakan individu menikmati kenyamanan saling berinteraksi dengan orang lain dalam hal-hal yang serupa. Berbicara dengan mereka yang benar-benar berbeda dari diri kita memerlukan usaha lebih untuk membuat komunikasi efektif. Komunikasi heterophilous bisa menyebabkan disonansi kognitif sebab individu menyampaikan pesan dengan keraguan pada kepercayaan ada, menyebabkan gangguan psikologi dalam komunikasi Homophily dan komunikasi yang efektif akan menudahkan individu dalam sistem. Semakin sering adanya komunikasi antar anggota, semakin mungkin mereka untuk menjadi homophily, dan komunikasi akan terasa lebih efektif. Individu yang memecahkan batas homophily dan mencoba untuk berkomunikasi dengan orang lain, perbedaan itu terlihat dari diri mereka yang frustasi menghadapi komunikasi yang tidak efektip. Perbedaan dalam kemampuan teknis, status sosial, dan kepercayaan semua berperan dalam bahasa dan pemahaman heteropili, dengan demikian mendorong pesan tidak tersampaikan dengan baik.
Tetapi komunikasi heteropili memiliki potensi komunikasi khusus, mungkin saja sesuai kenyataan hanya jarang. Ketika kita akan menjelaskan bagian selanjutnya, mata rantai jaringan heterophili sering menghubungkan dua kelompok, membagi perbedaan individu secara sosial. Mata rantai hubungan antar pribadi ini penting terutama untuk membawa informasi tentang inovasi, seperti halnya dalam teori Granovetter ( 1973) " kekuatan melawan kelemahan," maka komunikasi homophili mungkin mudah dan sering tetapi tidak mungkin menyulitkan seperti halnya semakin sering frekuensi komunikasi homophili maka semakin menyebar adanya inovasi.

Homophily sebagai Penghalang Difusi
Homophily dapat bertindak sebagai penghalang yang tidak terlihat ketika mengalirnya inovasi dalam suatu sistem. Gagasan baru pada umumnya masuk melalui sistem pada status lebih tinggi dan anggotanya lebih inovatif. Pada tingkat atas homophily biasanya individu memilih saling berhubungan sebagian besar dengan satu sama lain, dan inovasi tidak " menetes" pada non-elites. Pola difusi homophili menyebabkan gagasan baru menyebar secara horisontal, secara tegak lurus, di dalam suatu system. Oleh karena itu homophili bertindak memperlambat tingkat difusi. Satu implikasi homophily sebagai penghalang ke difusi. Walaupun persamaan dalam variabel statis seperti adanya variable umur dan karakteristik demografis lainnya benar-benar tidak bisa jelaskan sebagai hasil komunikasi yang mendorong ke arah peningkatan homogenitas. Adanya difusi pada agen perubahan diperlukan pengaturan pekerjaan yang berbeda dari adanya opini pemimpin dalam struktur yang sosial secara keseluruhan. Jika sistem telah ditandai oleh ekstrim heteropily, agen perubahan bisa berkonsentrasi mengusahakan satu atau beberapa opini pemimpin dengan mendekati status social dan kesadaran inovasi kalangan atas/elit.
Bukti tersedia menyarankan Generalisasi 8-1: Jaringan difusi interpersonal kebanyakan homopilus. Sebagai contoh, status paling tinggi dalam system jarang berhubungan secara langsung dengan mereka yang statusnya paling rendah. Demikian juga, inovator jarang berbicara dengan orang yang terlambat mengadopsi inovasi. Walaupun ini merupakan pola homophily, difusi hubungan antar pribadi/interpersonal bertindak untuk mengurangi difusi inovasi dalam sistem, mungkin juga mempunyai beberapa bermanfaat. Sebagai contoh, pendapat dari kalangan yang memiliki status yang tinggi boleh jadi memimpin peran yang tidak sesuai menurut model mereka yang memiliki status lebih rendah, maka interaksi antara mereka tidak memiliki pengaruh baik bagi yang memiliki status di bawah. Ilustrasi dari poin ini datang dari penyelidikan oleh van den Ban (1963) di masyarakat agrikultur Neherland. Ia menemukan bahwa hanya 3 persen opini pemimpin berpengaruh kecil bagi petani kecil dari ukuran lima puluh ha, hanyalah 38 persen semua kebun pada masyarakat lebih kecil sebanyak lima puluh ha. Keputusan manajemen yang paling bijaksana untuk petani besar melalui penggunaan peralatan kebun yang dimekanisasi, seperti traktor dan mesin-penggilingan sebagai pengganti untuk tenaga kerja sewa. Bagaimanapun, pilihan ekonomi yang terbaik untuk kebun yang lebih kecil, untuk menghindari dari peralatan yang mahal dan berkonsentrasi pada pertanian mengenai ilmu perkebunan. Bagaimanapun, hal ini boleh jadi, petani yang kecil berharap bisa mencontoh mengikuti opini pemimpin, pada kenyataannya tidak sesuai untuk situasi mereka. Dalam hal ini tingkat homophily dikatakan tinggi, di mana petani kecil akan saling berhubungan dengan sebagian besar opini pemimpin sehingga petani kecil, mungkin akan diuntungkan.
Ilustrasi homophilous dan heterophilous pada jaringan difusi dijelaskan oleh Rao dan Rogers (1980) yang mempelajari dua desa di India. Satu desa sangat inovatif, dan esa yang lain sangat tradisional. Jaringan Difusi membawa varietas beras, dan secara homophilous di desa tradisional, mengharapkan varietas yang sama. Di sini para pemimpin opini adalah mereka yang lebih tua dan mempunyai pendidikan yang rendah. Dalam perbandingan, para pemimpin opini di desa yang inovatif lebih muda, dan sangat terdidik, dan dari kasta sosial yang tinggi. Masing-Masing orang India memiliki kasta,, suatu posisi sosial yang ditetapkan oleh kedudukan secara tradisional dan memiliki sanksi religius. Di desa yang semakin tradisional, mata rantai jaringan difusi pada kasta sangat homophilous. Tetapi di desa yang progresif, inovasi variasi beras mulai ada di struktur sosial atas dan menyebar mengarah ke bawah bersinggungan dengan kasta yang semakin heterophilous dalam mata rantai jaringan inovasi.
Sekarang kita memperhatikan satu rangkaian generalisasi yang menetapkan karakteristik para pemimpin dan para pengikut ketika berada pada tingkat heterophily.
Generalisasi 8-2: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini dari kelas social-ekonomi yang tinggi.
Generalisasi 8-3: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini dari tingkat pendidikan yang tinggi.
Generalisasi 8-4: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini yang memiliki pengaruh besar dalam media massa.
Generalisasi 8-5: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini yang lebih kosmopolit.
Generalisasi 8-6: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini yang memiliki kontak dengan agen perubahan yang lebih besar.
Generalisasi 8-7: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini yang lebih inovatif.

Pendahuluan

Dalam Pekerkembangan abad ke 21, ada pemahaman bahwa organisasi2 diseluruh dunia mengalamami penurunan opini tentang pemimpin yang baik, yang membawa pada keterbatasan pada pemimpin yang baik pada jaringan difusi dan inovasi. Hal tersebut diatas benar atau tidak trend dibicarakan banyak orang. Kompetisi ide dan inovasi menimbulkan strategi orgasisasi untuk mengamati perubahan,urutan universitas menjadi global. Sebagai hasil semua perusahaan besar atau kecil menghasilkan opini yang baik dengan skil kerjasama yang baik, efektif dan ahli dalam komunikasi yang baik, kemampuan strategi dalam difusi jaringan tujuan yang sukses. Mengambaikan pikiran bahwa seseorang dilahirkan sebagai pemimpin dan dengan kepercayaan bahwa seorang pemimpin adalah pusat kekuatan organisasi, Firma percaya bahwa opini kepemimpinan dan difusi jaringan koordinasi yang efektife.
Secara sadar bahwa kepemimpinan sekarang diseluruh dunia mengalami tantangan, dan dengan kepentingan dan mempertimbangkan


au tidak masalah kepemimpinan saat ini sedang menjadi t
Enam generalisasi menandai adanya kecenderungan unt
uk para pengikut mencari informasi dan nasihat dari para pemimpin opini yang dirasa lebih berkompeten secara teknis dibanding diri mereka. Ketika terjadi heterophily, pada umumnya memiliki menuju arah kemampuan lebih besar, tetapi bukan karena lebih besar. Kita mestinya tidak melupakan pola umum salah satu dari homophily dalam difusi hubungan antar pribadi. Homophily ini bagi para pengikut sebagai proses pembelajaran yang diberikan para pemimpin opini sesuai inovasi melalui pendekatan yang tajam dari para pemimpin opini. Tetapi jaringan difusi homophilus ini juga terlambat mendapatkan inovasi melalui struktur sistem sosialnya.

Mengukur Opini Pemimpin dan Mata Rantai Jaringan
Empat metoda yang penting untuk mengukur opini pemimpin dan jaringan mata rantai difusi telah melakukan riset pada : (1) sosiometri, (2) penilaian informan, (3) teknik penunjukkan calon, dan (4) pengamatan (Tabel 8-1).
Metoda sosiometri terdiri dari mencari adanya pertanyaan untuk responden (atau secara hipotetis masih mencari) untuk informasi atau tambahan tentang topik yang telah ditentukan, seperti halnya pada inovasi. Opini pemimpin bagi anggota suatu sistem diterima sebanyak-banyaknya menurut pilihan sosiometri (yang sering dilibatkan adalah jaringan yang jumlah mata rantainya paling banyak). Niscaya, teknik sociometri adalah ukuran opini pemimpin, karena terukur melalui para pengikutnya, bagaimanapun hal itu mengharuskan pertanyaan pada sejumlah besar responden dalam rangka menempatkan sejumlah kecil opini pemimpin. Dan metoda sociometri adalah yang paling sering digunakan untuk disain sampling di mana semua anggota sistem sosial diwawancarai, sedangkan sampel kecil di dalam suatu populasi besar dihubungi.*
Hal yang umum untuk menetapkan banyaknya pasangan sociometri yang disebut dengan responden; sebagai contoh, " yang ke tiga ( atau empat, atau lima) wanita di desa ini yang sudah anda berikan penjelasan tentang metode keluarga berencana?". Pada pertanyaan seperti itu pilihan jawaban tidak dibatasi , pertanyaan pada responden untuk hanya untuk menyebutkan mitra jaringan paling kuat. Mungkin yang lain lebih sedikit untuk bisa bertukar informasi jika responden mempersulit untuk tidak menerima inovasi; dalam kenyataan teori Granovetter (1973) "strength-of-weak-ties"/kekuatan melawan kelemahan (didiskusikan selanjutnya dalam bab ini) yang menunjukkan bahwa frekuensi pertemuan yang kurang pada mitra kemungkinan inovasi akan semakin sulit diterima. Barangkali, sangat banyak pertanyaan sociometri perlu menyediakan sejumlah pilihan yang tak terbatas, membiarkan responden menyebutkan nama partnernya dengan siapa ia berdiskusi tentang topik tertentu. Pendekatan lain adalah dengan melakukan "daftar studi," dimana masing-masing responden diberikan daftar semua anggota dalam sistem lain, dan apakah ia meminta pertanyaan atau dia berbicara dengan mereka masing-masing, dan apakah sering. Teknik roster/daftar nama memberi keuntungan mengukur "lemah" atau "kuat" mitra jaringan sociometri.
Alternatif pada penggunaan sociometri untuk mengidentifikasi opini pemimpin menanyakan pada informan kunci untuk mengetahui tentang jaringan komunikasi dalam suatu sistem. Pengalaman yang sering ditunjukkan dengan tangan terbuka untuk mengidentifikasi opini pemimpin dalam suatu sistem, dan teknik sociometri dilakukan dengan sangat teliti, terutama sekali ketika berada dalam sistem yang kecil dan sebaiknya diberitahukan informan.
Teknik menunjuk calon dengan menanyakan kepada responden untuk menandai adanya kecenderungan orang lain menghargai keberadaan pengaruh opini pemimpin. Tipe pertanyaan untuk menunjukkan diri ini adalah: "Apakah kamu berpikir orang-orang datang kepada kamu lebih sering untuk menerima informasi atau nasihat dibandingkan kepada orang lain?" Metode ini tergantung pada ketelitian, dimana responden dapat mengidentifikasi dan melaporkan pendapatnya sendiri. Mengukur opini pemimpin ini terutama sesuai ketika memasukkan sampel acak responden dalam sistem, desain sampling sering menghalangi penggunaan dari metoda sociometri. Keuntungan teknik penunjukkan-diri ini untuk mengukur persepsi individu tentang opini kepemimpinannya, yang mana benar-benar apa mempengaruhi perilakunya.
Alat yang keempat untuk mengukur opini pemimpin adalah observasi, di mana peneliti mengidentifikasi dan mencatat perilaku komunikasi dalam suatu sistem. Satu keuntungan observasi adalah pada umumnya data mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Jika mata rantai jaringan dengan baik diobservasi, ada setidaknya keraguan tentang apakah mereka dikutsertakan atau tidak. Pengamatan kerja terbaik pada sistem sangat kecil, di mana peninjau benar-benar dapat melihat dan merekam terjadinya interaksi hubungan antar pribadi. Sangat disayangkan, dalam sestem yang sedemikian kecil, teknik perpindahan-data sangat ditonjolkan dalam observasi ini. Sebab anggota suatu sistem mengetahui bahwa mereka diamati, mereka boleh bertindak dengan cara yang berbeda.* Lebih lanjut, peninjau perlu mengamati dengan sabar, jika perilaku difusi jaringan yang ia ingin observasi ternyata jarang.
Dalam praktek, pengamatan, jarang digunakan ukuran difusi jaringan dan opini pemimpin. Alat pengukuran paling populer adalah survei sociometri.
Ketika dua atau tiga jenis praktek opini pemimpin telah digunakan pada responden yang sama, korelasi positif pada ukuran telah diperoleh, walaupun hubungan ini sangat sedikit dibanding sempurna, ini menemukan pada kenyaat bahwa pilihan tentang segala sesuatu pada empat metode boleh jadi didasarkan pada kenyamanan, adanya keempat ukuran itu sama-sama valid.















Gambar 8-1. Distribusi sosiometri tentang opini pemimpin yang sangat condong dengan beberapa individu yang menikmati opini pemimpin sangat tinggi dan banyak individu tidak menyukai opini pemimpin.

Gambar 8-1 menunjukkan distribusi ciri opini pemimpin dalam suatu sistem sosial. Sangat sedikit individu menerima banyak pendapat kepemimpinan, kebanyakan individu tidak memilikinya. Opini pimpinan yang paling berpengaruh bagi kunci target usaha agen perubahan.
Distribusi pendapat yang condong pada kepemimpinan yang sama telah ditemukan di kebanyakan sistem sosial. Data ini telah dikumpulkan dari wawancara pribadi dengan contoh 1,142 petani Nigeria di 17 desa tahun 1967. Kebanyakan individu (66 persen) yang tidak menerima pilihan tentang opini pemimpinnya dalam ukuran sociometri. Hal yang lain lebih mengejutkan secara sosiometri, sangat sedikit individu (1 persen) berdasarkan sosiometri dicalonkan oleh lebih dari 71 persen semua individu lainnya di desa mereka.
Sumber: Rogers et al ( 1970).

Karakteristik Opini Pemimpin
Bagaimana cara opini pimpinan berbeda dengan para pengikut mereka? Generalisasi yang berikut meringkas banyaknya pertimbangan pada studi empiris yang dirancang untuk menjawab pertanyaan ini. Pada setiap pertanyaan kita mengacu pada "opini pemimpin" dan "para pengikut" seolah-olah opini pimpinan adalah dikotomi dan jika tanpa pimpinan maka pengikut tidak ada.

Komunikasi Eksternal
Generalisasi 8-8: pimpinan opini mempunyai ekspose lebih besar ke media massa dibanding para pengikut mereka. Konsepsi dasar dua-langkah mengalirkan hipotesis yang menyatakan opini pimpinan menggali keberadaan mass media. Di mana opini pimpinan memperoleh kemampuan mereka dengan bertindak sebagai untuk memperlebar pintu masuk adanya gagasan baru ke dalam sistem sosial mereka. Pertalian disajikan oleh saluran media massa, dengan cosmo kesopanan pemimpin, atau pemimpin lebih sering kontak dengan agen perubahan. Generalisasi 8-9: pimpinan opini menjadikan orang lebih kosmopolit dibanding para pengikut mereka.
Generalisasi 8-10: pimpinan opini lebih sering kontak dengan agen perubahan dibanding para pengikut mereka (Gambar 8-2).

Kemampuan Mengakses
Pemimpin opini sesuai rencana mereka masuk untuk menyebarkan pesan tentang inovasi, mereka harus mempunyai jaringan hubungan antar pribadi dengan para pengikut mereka. Opini pimpinan harus dapat diakses. Yang menunjukan dapat diakses adalah berupa keikutsertaan sosial; face-to-face komunikasi tentang gagasan baru yang dilakukan pada pertemuan-pertemuan organisasi formal dan melalui diskusi informal.
Penyamarataan 8-11: Pemimpin opini mempunyai keikutsertaan sosial lebih besar dibanding para pengikut mereka. Ilustrasi poin ini diberikan pada dua orang kunci pemimpin opini di Solera jaringan difusi untuk solar matahari (yang ditunjukkan kemudian pada gambar 8-7).

Status Ekonomi-Sosial
Kita berharap seorang pengikut secara khusus mencari seorang pemimpin opini kebanyakan dari status lebih tinggi dibanding mereka sendiri, seperti/ketika diusulkan Penyamarataan 8-2. Maka para pemimpin opini, rata-rata berada pada status lebih tinggi. Poin ini dinyatakan oleh Tarde (1903, h. 221): "Penemuan dapat dimulai dari orang-orang pada kelas bawah, tetapi perluasannya tergantung pada keberadaan beberapa pengakuan sosial." Generalisasi 8-12: Pemimpin opini mempunyai status ekonomi-sosial lebih tinggi dibanding para pengikut mereka. Gambar 8-2 menunjukkan hubungan pada petani Brazilia; opini pemimpin agar mempunyai banyak kebun lebih besar dan mengikuti cara mereka.


Data ini datang dari wawancara pribadi dengan 1.307 petani Brazilia pada tahun 1966. Skor kepemimpinan opini secara sosiometri dibagi menjadi tiga kategori di sini: (1) "Tinggi," 6 % responden dengan prestasi kepemimpinan opini paling tinggi, (2) "Medium," 16 % responden dengan kepemimpinan opini, dan (3) "Rendah," 78 % petani Brazilia hampir tidak menemukan opini pemimpin, Sumber: Rogers et al (1970).

Kesadaran Inovasi
Jika opini pemimpin dapat dikenal oleh mereka yang ditunjuk sebagai tenaga ahli berkompeten tentang inovasi, ada kemungkinan bahwa mereka mengadopsi gagasan baru sebelum para pengikut mereka. Ada dukungan empiris kuat untuk Generalisasi 8-13: Pemimpin opini menjadi lebih inovatif dibanding para pengikut mereka (Gambar 8-2). Bagaimanapun, temuan riset tidak menandai keberadaan, para pemimpin opini adalah seorang yang inovator. Kadang-Kadang mereka bukanlah seorang inovator. Pada mulanya, nampak adanya bukti berlawanan pada opini pemimpin sebagai inovator. Apa yang menjelaskan paradok nyata ini? Kita harus mempertimbangkan efek sistem norma-norma pada inovasi para pemimpin opini, sebab tingkat bagi para pemimpin opini adalah mereka yang inovatif tergantung dari banyaknya para pengikut mereka.

Inovatif, Opini Kepemimpinan, dan Sistem Norma
Bagaimana caranya para pemimpin opini paling menyesuaikan diri ke sistem norma-norma dan pada waktu yang sama memimpin pengadopsian dari gagasan baru? Jawaban dinyatakan sesuai Generalisasi 8-14: Ketika norma-norma sistem sosial sesuai dengan perubahan, opini pemimpin lebih inovatif, tetapi ketika norma-norma tidak cocok dengan perubahan, para pemimpin opini tidak berinovasi. Dalam sistem norma-norma yang lebih tradisional, para pemimpin opini secara individu pada umumnya terpisah dari inovator. Inovator dianggap mencurigakan dan sering juga kurang dihormati oleh anggota sistem. Sistem, tidak percaya pada pemahaman mereka tentang inovasi. Sebagai contoh, studi petani di Kolumbia, Rogers dan Svenning (1969, hh. 230-231) yang menemukan para pemimpin opini di desa secara relatif menjadi progresif lebih inovatif dibanding para pengikut mereka, tetapi di desa yang tradisional para pemimpin opini sedikit lebih inovatif dibanding para pengikut mereka dan lebih lama dan lebih sedikit orang yang kosmopolit. Sehingga system norma-norma menentukan ya atau tidaknya para pemimpin opini sebagai inovator.
Data dari evaluasi di berbagai negara mendukung hipotesis para pemimpin opini untuk menyesuaikan diri dengan sistem norma-norma sistem. Sebagai contoh, Herzog et al (1968, h. 72) yang disimpulkan dari studi mereka di desa Brazilia bahwa: "Dalam masyarakat yang paling tradisional, bukan saja para pemimpin maupun para pengikut mereka yang inovatif, dan sebagai hasilnya, masyarakat hidup tradisional. Dalam masyarakat yang paling modern, norma-norma masyarakat menyukai inovasi dan kedua-duanya dari para pemimpin dan para pengikutnya berinovasi. Dalam masyarakat kelas menengah, di mana langsung membawa modernisasi, melakukan pembagian divisi dan para pemimpin opini masyarakat memimpin ke arah moderenisasi, dengan mengusahakan gagasan baru pada petani dalam masyarakat."
Ada implikasi penting untuk agen perubahan dalam menggeneralisasikan saat ini tentang penyesuaian opini pemimpin ke norma-norma. Kesalahan umum dibuat oleh agen perubahan bahwa mereka memilih opini pemimpin yang terlalu inovatif. Kita masuk pada bab 9 bahwa agen perubahan bekerja untuk menciptakan opini pemimpin membahas para pemimpin pendapat dalam rangka menutup gap heterophily dengan klien mereka. Tetapi jika para pemimpin pendapat terlalu lebih inovatif dibanding rata-rata klien, yang awalnya heterophily berada di antara agen perubahan dan kliennya, sekarang ada diantara para pemimpin opini dan para pengikut mereka. Inovator adalah para pemimpin opini yang lemah dalam sistem dengan norma-norma yang tradisional, mereka mengorientasikan pilihan dan juga perubahan. Inovator bertindak sebagai suatu model tidak nyata untuk rata-rata klien, dan dia mengetahui ini. Orang yang mengadopsi kategori para pemimpin opini dalam sistem, kemudian, menggantungkan pada posisi mereka sehubungan dengan norma-norma sistem.
Kasus paralel diantara petani yang memimpin opini ditemukan pada kasus terdahulu "sekolah laboratorium" di Amerika Serikat. Sekolah ini pada umumnya dipersatukan dalam pendidikan perguruan tinggi, dalam lingkungan kampus universitas, dan menggunakan pengenalan dan percobaan tentang metoda mengajar yang baru. Laboratorium Sekolah hampir mempunyai dana tak terbatas, dan anggota siswanya terdiri atas anak-anak cerdas. Menurut mereka, sekolah laboratorium adalah suatu usaha untuk menunjukkan inovasi bidang pendidikan yang kemudian menyebar bagi sekolah lain. Tetapi sekolah laboratorium, dengan lingkungan mereka yang diperkaya dan didiami para siswa berbakat, telah dirasa terlalu heterophili oleh rata-rata sekolah. Kunjungan para guru dan pengurus yang datang ke laboratorium sekolah, terdorong oleh kecurigaan, pergi meninjau adanya ketidakpercayaan oleh inovasi yang mereka amati. Sebagai hasilnya, sekolah laboratorium Amerika Serikat jatuh hingga namanya dicap jelek sebagai penyedia fasilitas difusi, dan mereka semua hampir menyelesaikannya di tahun terakhir. Mereka gagal mendemonstrasikan inovasi bidang pendidikan.
Kadang-Kadang agen perubahan mengidentifikasi para pemimpin opini agar berpotensi efektif dengan klien mereka, tetapi mereka berkonsentrasi pada hubungan mereka sendiri diantara kelompoknya, seharusnya segera mencari sesuatu yang baru dan menghilangkan sikap mereka yang mengacuhkan klien-nya. Menghargai hubungan antara para pemimpin opini dan para pengikut mereka adalah hal yang sangat menguntungkan. Jika seorang pemimpin opini menjadi terlalu inovatif, atau mengadopsi gagasan baru juga dengan cepat, para pengikut nya bisa memulai untuk meragukan pendapat yang diajukan pemimpin. Salah satu peran tentang opini pemimpin dalam sistem sosial adalah untuk membantu mengurangi ketidak-pastian tentang inovasi untuk para pengikutnya. Untuk memenuhi peran ini, pendapat pemimpin memerlukan pertimbangan bijaksana dalam keputusannya untuk mengadopsi gagasan baru. Sehingga inovator harus secara terus menerus memantau tanggung jawabnya, dan mempertimbangkan dimana sistemnya berada.
Pengaruh opini pemimpin dalam sistem sosial bisa saling berhubungan dengan tidak hanya atas dasar inovasinya saja dan sehubungan dengan norma-norma sistem, tetapi juga atas dasar sifat alami inovasi yang sedang menyebar. Ilustrasi yang menarik peran para pemimpin opini di dalam difusi suatu ketidakpastian-tinggi/ highuncertainty dan ketidakpastian-rendah/low-uncertainty inovasi disajikan oleh Becker para direktur tentang departemen kesehatan lokal di tiga negara. Low-Uncertainty Inovasi pada program imuniasi campak, suatu gagasan baru yang cocok dan mudah sebagai tujuan departemen kesehatan dan kompatibel dengan norma-norma para direktur profeional departemen kesehatan (diantaranya dokter umum). Program Imuniasi Campak menyebar dengan cepat pada abad sembilan belas. Inovator pengadopsi program baru ini adalah para pemimpin opini di antaranya sembilan-puluh lima para direktur departemen kesehatan (dengan kata lain, perilaku opini para pemimpin dapat mempercepat proses difusi).
Inovasi dengan ketidakpastian-tinggi pada penyaringan diabetes, suatu program yang dating secara radikal dari aktivitas jawatan kesehatan umum. Inovasi ini secara sosial penuh resiko sebab mengganggu aktivitas umum, yang dilakukan oleh dokter praktek umum (penyaringan untuk penyakit kronis). Maka inovasi ini tidak cocok dengan norma-norma sistem. Inovator mengadopsi inovasi ini bukanlah dari opini pimpinan, tetapi mereka adalah para direktur departemen kesehatan yang dinilai secara sosial termarginalkan. Para pemimpin opini mengetahui tentang inovasi ini, tetapi mereka menunggu untuk mengadopsinya. Sekali ketika inovator telah menerapkan inovasi penyaringan diabetes dan menemukan bahwa hal itu beresiko sosial tidaklah berlebihan, opini para pemimpin diadopsi. Inovasi penyaringan diabetes kemudian menyebar secara wajar dengan cepat, tetapi setelah melewati awal yang lambat.
Becker (1970) yang menginterpretasikan penemuannya untuk individu yang mengadopsi inovasi tergantung pada apakah individu adalah seorang pemimpin opini atau bukan. Individu inovatif secara normal mungkin menahan mengadopsi ketidakpastian-yang tinggi dari inovasi dalam rangka memelihara atau untuk meningkatkan kepemimpinan opini mereka.
Becker (1970) menyelidiki para direktur departemen kesehatan membedakan responden sebagai pimpinan organisasi. Dapatkah organisasi memiliki opini kepemimpinan, ketika individu melakukannya? Studi oleh Walker (1966) menyatakan bahwa inovasi dapat berdifusi dari organisasi ke organisasi melalui jaringan inter organisasi, dalam proses paralel itu antar individu dalam suatu sistem sosial.* Organisasi yang dipelajari oleh Profesor Walker pada lima puluh negera bagain di Amerika Serikat. Masing-Masing status telah dicapai pada inovasinya atas dasar] mengadopsi (dengan penetapan hukum status) masing-masing delapan puluh-delapan menyatakan program bidang kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, konservasi, jalan raya, hak-hak warga negara, polisi, dan semacamnya. Masing-Masing adopsi oleh status yang menawarkan sejumlah jasa/layanan baru, menetapkan suatu peraturan baru, atau menciptakan agen baru. Contohnya dimana adanya pengenaan pajak pada penggunaan bensin, menetapkan RUU, rekening hak-hak warga negara, melengkapi pemeriksaan rumah jagal, dan mekmati suatu kesehatan status menumpang. Ada lima negara yang paling inovatif, Walker (1971, h. 358) menemukan diantaranya New York, Massachusetts, California, New Jersey, dan Michigan. Dasar daftar Walker adalah Mississippi. Memelopori negara, Profesor Walker menyebutnya "liga nasional," mempunyai populasi besar dikota dan terindustrialisasi. Barangkali mereka menghadapi permasalahan sosial beberapa tahun sebelumnya sebagai negara yang lebih kecil, dan menetapkan jenis hukum baru dalam rangka mengatasi permasalahan ini.
Pada setiap negera bagian di Amerika Serikat, negara tertentu memunculkan para pemimpin opini, ketika mereka mengadopsi suatu program baru, negara bagian lain mengikutinya. Jika inovasi yang pertama diadopsi oleh selain negara tersebut, kemudian menyebar kepada negara lain secara pelan-pelan atau sama sekali tidak. Struktur komunikasi nampak ada untuk difusi inovasi di antara negara itu.
Dalam analisa lebih lanjut, data sociometri Walker (1971) yang dikumpulkan dari wawancara pribadi dengan pejabat di sepuluh negara untuk menentukan pola jaringan difusi dan opini kepemimpinan yang nyata di antara negara bagian Amerika. Pejabat melihat dengan segera ke negara membuat inovasi dengan mencari-cari informasi tentang inovasi: "Pengurus bagian komunikasi, paling siap dengan rekan pendamping mereka di negara, yang mereka percaya mempunyai sumber daya serupa, permasalahan sosial, dan gaya administratif" (Walker, 1971, h. 381). Sebagai contoh, pejabat Iowa mengikuti petunjuk inovasi tertentu negara bagian California dan Michigan, walaupun mereka lebih jauh dipengaruhi oleh Wisconsin, negara bagian Iowa telah dipertimbangkan model yang lebih sesuai. Wisconsin beada diurutan sepuluh untuk indeks inovasi. Sedangkan Iowa pada rating duapuluh sembilan.
* Penerbitan yang berhubungan dengan studi inovatif Walker diantara beberapa negara bagian A.S ( 1966, 1971, 1973) dan Gray ( l973a, 1973b).

Secara ringkas, pemikiran tentang proses difusi di antara yang lima puluh negara bagian Amerika dimulai ketika ditetapkannya hukum baru yang diadopsi oleh satu atau lebih lima Negara "liga nasional", yang mana setelah beberapa tahun bias mengadopsinya dari salah satu negara pemimpin opini regional. Kemudian hukum yang baru menyebar dengan cepat di antaranya melingkupi negara bagian. Disampaikan oleh negara yang memiliki opini pemimpin yang inovator berjumlah lima negara dan diikuti oleh empat puluh lima negara bagian lainnya. Mereka saling berhubungan kepada jaringan difusi di seluruh negara. Sampai di sini permulaan kita untuk memperhatikan lebih jauh karakteristik para pemimpin opini versus para pengikut. Kita sudah mengambil langkah yang berikutnya ke arah perolehan peningkatan pemahaman jaringan difusi.

Opini pemimpin Polymorphik dan Monomorphik
Apakah semua tujuan para pemimpin opini dalam sistem, atau adakah perbedaan permasalahan para pemimpin opini? Polymorphis adalah tingkat dimana individu bertindak sebagai seorang pemimpin opini untuk berbagai macam permasalahan. Kebalikannya, Monomorphis adalah kecenderungan individu untuk bertindak sebagai pemimpin opini-hanya untuk satu permasalahan. Tingkat opini pemimpinan polymorphik dalam sistem sosial ditentukan berbeda diantaranya menurut faktor keaneka ragaman topik yang posisinya mengukur opini kepemimpinan, apakah norma-norma sistem progresif atau tidak, dan seterusnya. Analisa opini kepemimpinan antar keluarga di Decatur, Illinois, menyajikan empat permasalahan yang berbeda (pertunjukan, gambar hidup, afair publik, dan produk konsumen) oleh Katz dan Lazarsfeld (1955, h. 334) yang menemukan sepertiga para pemimpin opini menggunakan pengaruh mereka di lebih dari satu yang ditentukan pada empat area. Studi lain melaporkan lebih sedikit polymorphis.

Opini Pemimpin dan Jaringan Difusi

Opini Pemimpin dan Jaringan Difusi

Biasanya orang tidak percaya, bahkan tidak pernah benar-benar percaya pada berbagai hal baru kecuali jika mereka sudah mengujinya melalui pengalaman.
Niccolo Machiavelli (1513. h. 51),
The Prince.

Setiap kumpulan dari lembu liar mempunyai para pemimpinnya, pemimpinnya yang berpengaruh.
Gabriel Tarde ( 1903, h. 4),
The Laws of Imitation.

SELURUH BAB SEBELUMNYA dari buku ini menekankan letak pentingnya jaringan hubungan antar pribadi yang mempengaruhi pada individu dalam meyakinkan mereka untuk mengadopsi inovasi. Di sini kita menyelidiki apa yang diketahui tentang jaringan difusi dan bagaimana mereka berfungsi untuk menyampaikan informasi evaluasi-inovasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang penggunaan gagasan baru. Kita mulai dengan diskusi opini pemimpin, bagi tingkat perorangan yang mana secara informal dapat mempengaruhi sikap individu lainnya atau perilaku yang jelas melalui cara yang diinginkan sesuai frekwensi relatif. Opini pemimpin terjadi pada individu yang memimpin yang mempengaruhi pendapat lain tentang inovasi. Perilaku opini pemimpin merupakan hal penting untuk menentukan tingkat adopsi dari suatu inovasi dalam sistem sosial; sesungguhnya, difusi kurva mempunyai bentuk-S secara umum, karena waktunya di mana para pemimpin mengadopsi pendapat dan oleh karena berhubungan dengan kemampuan mereka untuk mengaktipkan jaringan difusi dalam sistem sosial. Dalam rangka memahami sifat alami opini pemimpin, kita akan mendiskusikan (1) berbagai model aliran komunikasi masa, melalui dua langkah aliran dan perubahannya, (2) bagaimana homophily-heterophily mempengaruhi aliran komunikasi, (3) mengukur opini pemimpin, dan (4) karakteristik opini para pemimpin. Kita kemudian akan menyelidiki peran sosial yang memperlihatkan adanya jaringan difusi, dan bagaimana komunikasi interpersonnal mengiringi proses difusi.

Model Aliran Komunikasi Massa
Dalam rangka memahami sifat alami opini pemimpin, ada baiknya dalam difusi, kita sekarang menguji beberapa model arus komunikasi massa, secara garis besar pada urutan sementara, pintu masuk mereka pada peristiwa riset komunikasi.

Model Jarum Suntik
Model Jarum suntik berpostulat bahwa mass media secara langsung, dan memberi pengaruh kuat pada massa audien. Mass media pada tahun 1940 dan 1950 telah dirasa memberi pengaruh sangat kuat pada tingkah laku manusia. Media yang sangat kuat ini digambarkan seperti halnya dalam menyampaikan pesan bagi massa yang terurai ke atom untuk mereka terima, dengan tidak ada campurtangan apapun (Katzand Lazarfeld, 1955. h. 16). Bukti manipulasi mass media digambar seperti peristiwa historis : (1) peran surat kabar Hearst dalam membangkitkan dukungan publik untuk perang Spanyol-Amerika, (2) tenaga mesin propaganda Goebbel selama Perang Dunia II, dan (3) pengaruh Madison melalui jalan mengiklankan pada konsumen dan perilaku memilih.
Secepatnya, ketika metoda riset lebih canggih dengan menggunakan riset komunikasi, keraguan pantas dipertimbangkan karena telah dipengaruhi model jarum suntik. Terutama semata berdasarkan pada teori intuitif sekitar peristiwa historis dan terlalu sederhana, terlalu mekanis, dan terlalu mendapat keuntungan kotor untuk memberi tanggung jawab mass media yang mempengaruhi secara akurat.

Dua-langkah Model Aliran
Yang menentukan kemunculan model jarum suntik berdasarkan pada kesanggupan untuk menemukan dari studi klasik pada tahun 1940 dalam pemilihan presiden (Lazarsfeld et al, 1944). Penyelidikan ini dirancang dengan model jarum suntik dalam membentuk pikiran dan diarahkan pada penelitian peran media massa media dalam kepentingan keputusan politis. Penelitian mengejutkan, menunjukkan bukti bahwa hampir tidak ada beragam pilihan pemungutan suara secara langsung dipengaruhi oleh mass media. Lazarsfeld dan Menzel (1963, h. 96) yang menyatakan bahwa: "Studi ini melangkah luas untuk menentukan bagaimana mass media menyempurnakan adanya perubahan. Hal ini mengejutkan kita dalam menemukan efek agak kecil.... ketika Orang-Orang nampak lebih jauh dipengaruhi keputusan politis mereka secara face-to-face dalam hubungannya dengan orang lain... dibanding secara langsung oleh mass media." Sebagai gantinya data nampak mengindikasikan adanya "gagasan itu sering mengalir dari radio dan bentuk cetakan dari opini pemimpin dan dari hal ini semakin sedikit bagian yang aktip dalam populasi." ( Lazarsfeld et al, 1944, h. 151). Langkah yang pertama, dari sumber opini pemimpin, sebagian besar terbentuknya perpindahan informasi, sedangkan langkah yang kedua ,dari para pemimpin opini kepada para pengikut mereka, juga melibatkan pengaruh yang tersebar.
Langkah-kedua ini mengalir hipotesis yang telah lama diuji dalam berbagai situasi komunikasi dan biasanya menyediakan suatu kerangka yang konseptual yang dapat dipakai untuk menguji aliran komunikasi masa. Langkah-kedua model aliran ini membantu fokus perhatian adanya alat penghubung antara media massa dan pengaruh hubungan antar pribadi/interpersonal. Hal itu menyiratkan bahwa media massa tidak demikian kuat untuk banyak mengarahkan ketika kita berpikir. Seseorang mungkin ditunjukkan pada adanya gagasan baru yang mana melalui media massa atau saluran hubungan antar pribadi, dan kemudian terlibat dalam pertukaran komunikasi tentang pesan dengan contoh perilaku seseorang. Pandangan bahwa proses komunikasi sangat penting dalam menganalisa langkah-kedua sebagai batas langkah-langkah proses Komunikasi masa Proses boleh melibatkan lebih atau lebih sedikit dibanding langkah-kedua. Dalam beberapa peristiwa mungkin hanya ada satu langkah media massa yang mungkin mengarahkan dampak pada adanya suatu penerimaan. Dalam kejadian lainnya, daya dorong media massa mendorong kearah multi proses komunikasi.
Komunikasi berbeda fungsi pada sumber daya/saluran, dimana perbedaan terletak pada keputusan-inovasi proses individu. Dua-langkah aliran model yang asli tidak mengenali peran yang berbeda sumber daya/saluran yang ada dalam bermacam-macam langkah-langkah keputusan inovasi. Kita mengetahui dari bab 5 bahwa individu melewati adanya (1) untuk mengetahui adanya inovasi (2) untuk membujuk (3) keputusan untuk mengadopsi atau menolak (4) implementasi, dan kemudian untuk (5) konfirmasi tentang keputusan. Saluran Media massa terutama semata menciptakan pengetahuan, sedangkan jaringan hubungan interpersonal menjadi lebih penting untuk membujuk individu mengadopsi atau menolak. Dugaan ini secara tersirat merupakan pernyataan dari Dua-langkah model, sebab urutan waktunya melibatkan proses pengambilan keputusan. Seperti halnya pada sumberdaya/ salurannya, perbedaan pengetahuan versus langkah-langkah persuasi pada keduanya diantara opini para pemimpin dan para pengikut. Oleh karena itu, opini para pemimpin bukanlahlah satu-satunya untuk digunakan saluran media massa, sebagai statemen asli dari yang disarankan oleh Dua-langkah aliran model.
Secara keseluruhan kritik dua-langkah aliran model, mula-mula didalilkan, sebagian besar tidak cukup penjelasannya bagi kami. Aliran komunikasi massa audien lebih jauh dipersulit dibanding dibanding dua-langkah. Apa yang diketahui proses komunikasi masa adalah sangat terperinci untuk dinyatakan dalam satu kalimat atau dalam dua langkah. Meskipun demikian, dua manfaat intelektual dari hipotesis arus dua-langkah merupakan hasil riset komunikasi pada: (1) focus opini pemimpin, dan (2) beberapa revisi aliran dua-langkah, yaitu arus satu-langkah dan multistep

Homophily-Heterophily dan Aliran Komunikasi
Pemahaman seseorang dalam komunikasi secara alami mengalir sepanjang jaringan hubungan interpersonal yang ditingkatkan melalui konsep homophily dan heterophily. Sifat alami yang memberitahukan ulang pesan untuk diterbitkan dalam analisis jaringan sedemikian rupa.

Homophily-Heterophily
Prinsip pokok komunikasi manusia adalah bahwa perpindahan gagasan terjadi paling sering antara individu yang memiliki kesamaan, atau homophilous. Homophily adalah tingkat pendekatan individu yang mana saling berhubungan atribut yang serupa, seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan semacamnya. Walaupun label konseptual- homophily- ditetapkan pada masalah tertentu yang masih dikenal baru oleh Lazarsfeld dan Merton (1964, h. 23), keberadaan perilaku homophilous telah dicatat suatu setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903, h. 64): "Saya katakana, Hubungan sosial, jauh lebih dekat antara individu yang sama satu sama lain dalam pekerjaan dan pendidikan."
Homophily terjadi sangat sering sebab komunikasi menjadi lebih efektif ketika sumber dan penerima adalah homophilous. Komunikasi efektif memberi kemudahan bagi yang terlibat di dalamnya. Ketika dua individu berbagi makna, kepercayaan, dan bahasa timbal balik, kemungkinan komunikasi antara mereka lebih efektif. Kebanyakan individu menikmati kenyamanan saling berinteraksi dengan orang lain dalam hal-hal yang serupa. Berbicara dengan mereka yang benar-benar berbeda dari diri kita memerlukan usaha lebih untuk membuat komunikasi efektif. Komunikasi heterophilous bisa menyebabkan disonansi kognitif sebab individu menyampaikan pesan dengan keraguan pada kepercayaan ada, menyebabkan gangguan psikologi dalam komunikasi Homophily dan komunikasi yang efektif akan menudahkan individu dalam sistem. Semakin sering adanya komunikasi antar anggota, semakin mungkin mereka untuk menjadi homophily, dan komunikasi akan terasa lebih efektif. Individu yang memecahkan batas homophily dan mencoba untuk berkomunikasi dengan orang lain, perbedaan itu terlihat dari diri mereka yang frustasi menghadapi komunikasi yang tidak efektip. Perbedaan dalam kemampuan teknis, status sosial, dan kepercayaan semua berperan dalam bahasa dan pemahaman heteropili, dengan demikian mendorong pesan tidak tersampaikan dengan baik.
Tetapi komunikasi heteropili memiliki potensi komunikasi khusus, mungkin saja sesuai kenyataan hanya jarang. Ketika kita akan menjelaskan bagian selanjutnya, mata rantai jaringan heterophili sering menghubungkan dua kelompok, membagi perbedaan individu secara sosial. Mata rantai hubungan antar pribadi ini penting terutama untuk membawa informasi tentang inovasi, seperti halnya dalam teori Granovetter ( 1973) " kekuatan melawan kelemahan," maka komunikasi homophili mungkin mudah dan sering tetapi tidak mungkin menyulitkan seperti halnya semakin sering frekuensi komunikasi homophili maka semakin menyebar adanya inovasi.

Homophily sebagai Penghalang Difusi
Homophily dapat bertindak sebagai penghalang yang tidak terlihat ketika mengalirnya inovasi dalam suatu sistem. Gagasan baru pada umumnya masuk melalui sistem pada status lebih tinggi dan anggotanya lebih inovatif. Pada tingkat atas homophily biasanya individu memilih saling berhubungan sebagian besar dengan satu sama lain, dan inovasi tidak " menetes" pada non-elites. Pola difusi homophili menyebabkan gagasan baru menyebar secara horisontal, secara tegak lurus, di dalam suatu system. Oleh karena itu homophili bertindak memperlambat tingkat difusi. Satu implikasi homophily sebagai penghalang ke difusi. Walaupun persamaan dalam variabel statis seperti adanya variable umur dan karakteristik demografis lainnya benar-benar tidak bisa jelaskan sebagai hasil komunikasi yang mendorong ke arah peningkatan homogenitas. Adanya difusi pada agen perubahan diperlukan pengaturan pekerjaan yang berbeda dari adanya opini pemimpin dalam struktur yang sosial secara keseluruhan. Jika sistem telah ditandai oleh ekstrim heteropily, agen perubahan bisa berkonsentrasi mengusahakan satu atau beberapa opini pemimpin dengan mendekati status social dan kesadaran inovasi kalangan atas/elit.
Bukti tersedia menyarankan Generalisasi 8-1: Jaringan difusi interpersonal kebanyakan homopilus. Sebagai contoh, status paling tinggi dalam system jarang berhubungan secara langsung dengan mereka yang statusnya paling rendah. Demikian juga, inovator jarang berbicara dengan orang yang terlambat mengadopsi inovasi. Walaupun ini merupakan pola homophily, difusi hubungan antar pribadi/interpersonal bertindak untuk mengurangi difusi inovasi dalam sistem, mungkin juga mempunyai beberapa bermanfaat. Sebagai contoh, pendapat dari kalangan yang memiliki status yang tinggi boleh jadi memimpin peran yang tidak sesuai menurut model mereka yang memiliki status lebih rendah, maka interaksi antara mereka tidak memiliki pengaruh baik bagi yang memiliki status di bawah. Ilustrasi dari poin ini datang dari penyelidikan oleh van den Ban (1963) di masyarakat agrikultur Neherland. Ia menemukan bahwa hanya 3 persen opini pemimpin berpengaruh kecil bagi petani kecil dari ukuran lima puluh ha, hanyalah 38 persen semua kebun pada masyarakat lebih kecil sebanyak lima puluh ha. Keputusan manajemen yang paling bijaksana untuk petani besar melalui penggunaan peralatan kebun yang dimekanisasi, seperti traktor dan mesin-penggilingan sebagai pengganti untuk tenaga kerja sewa. Bagaimanapun, pilihan ekonomi yang terbaik untuk kebun yang lebih kecil, untuk menghindari dari peralatan yang mahal dan berkonsentrasi pada pertanian mengenai ilmu perkebunan. Bagaimanapun, hal ini boleh jadi, petani yang kecil berharap bisa mencontoh mengikuti opini pemimpin, pada kenyataannya tidak sesuai untuk situasi mereka. Dalam hal ini tingkat homophily dikatakan tinggi, di mana petani kecil akan saling berhubungan dengan sebagian besar opini pemimpin sehingga petani kecil, mungkin akan diuntungkan.
Ilustrasi homophilous dan heterophilous pada jaringan difusi dijelaskan oleh Rao dan Rogers (1980) yang mempelajari dua desa di India. Satu desa sangat inovatif, dan esa yang lain sangat tradisional. Jaringan Difusi membawa varietas beras, dan secara homophilous di desa tradisional, mengharapkan varietas yang sama. Di sini para pemimpin opini adalah mereka yang lebih tua dan mempunyai pendidikan yang rendah. Dalam perbandingan, para pemimpin opini di desa yang inovatif lebih muda, dan sangat terdidik, dan dari kasta sosial yang tinggi. Masing-Masing orang India memiliki kasta,, suatu posisi sosial yang ditetapkan oleh kedudukan secara tradisional dan memiliki sanksi religius. Di desa yang semakin tradisional, mata rantai jaringan difusi pada kasta sangat homophilous. Tetapi di desa yang progresif, inovasi variasi beras mulai ada di struktur sosial atas dan menyebar mengarah ke bawah bersinggungan dengan kasta yang semakin heterophilous dalam mata rantai jaringan inovasi.
Sekarang kita memperhatikan satu rangkaian generalisasi yang menetapkan karakteristik para pemimpin dan para pengikut ketika berada pada tingkat heterophily.
Generalisasi 8-2: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini dari kelas social-ekonomi yang tinggi.
Generalisasi 8-3: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini dari tingkat pendidikan yang tinggi.
Generalisasi 8-4: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini yang memiliki pengaruh besar dalam media massa.
Generalisasi 8-5: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini yang lebih kosmopolit.
Generalisasi 8-6: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini yang memiliki kontak dengan agen perubahan yang lebih besar.
Generalisasi 8-7: Ketika jaringan difusi interpersonal heterophilous, para pengikut mencari para pemimpin opini yang lebih inovatif.

Pendahuluan

Dalam Pekerkembangan abad ke 21, ada pemahaman bahwa organisasi2 diseluruh dunia mengalamami penurunan opini tentang pemimpin yang baik, yang membawa pada keterbatasan pada pemimpin yang baik pada jaringan difusi dan inovasi. Hal tersebut diatas benar atau tidak trend dibicarakan banyak orang. Kompetisi ide dan inovasi menimbulkan strategi orgasisasi untuk mengamati perubahan,urutan universitas menjadi global. Sebagai hasil semua perusahaan besar atau kecil menghasilkan opini yang baik dengan skil kerjasama yang baik, efektif dan ahli dalam komunikasi yang baik, kemampuan strategi dalam difusi jaringan tujuan yang sukses. Mengambaikan pikiran bahwa seseorang dilahirkan sebagai pemimpin dan dengan kepercayaan bahwa seorang pemimpin adalah pusat kekuatan organisasi, Firma percaya bahwa opini kepemimpinan dan difusi jaringan koordinasi yang efektife.
Secara sadar bahwa kepemimpinan sekarang diseluruh dunia mengalami tantangan, dan dengan kepentingan dan mempertimbangkan


au tidak masalah kepemimpinan saat ini sedang menjadi t
Enam generalisasi menandai adanya kecenderungan unt
uk para pengikut mencari informasi dan nasihat dari para pemimpin opini yang dirasa lebih berkompeten secara teknis dibanding diri mereka. Ketika terjadi heterophily, pada umumnya memiliki menuju arah kemampuan lebih besar, tetapi bukan karena lebih besar. Kita mestinya tidak melupakan pola umum salah satu dari homophily dalam difusi hubungan antar pribadi. Homophily ini bagi para pengikut sebagai proses pembelajaran yang diberikan para pemimpin opini sesuai inovasi melalui pendekatan yang tajam dari para pemimpin opini. Tetapi jaringan difusi homophilus ini juga terlambat mendapatkan inovasi melalui struktur sistem sosialnya.

Mengukur Opini Pemimpin dan Mata Rantai Jaringan
Empat metoda yang penting untuk mengukur opini pemimpin dan jaringan mata rantai difusi telah melakukan riset pada : (1) sosiometri, (2) penilaian informan, (3) teknik penunjukkan calon, dan (4) pengamatan (Tabel 8-1).
Metoda sosiometri terdiri dari mencari adanya pertanyaan untuk responden (atau secara hipotetis masih mencari) untuk informasi atau tambahan tentang topik yang telah ditentukan, seperti halnya pada inovasi. Opini pemimpin bagi anggota suatu sistem diterima sebanyak-banyaknya menurut pilihan sosiometri (yang sering dilibatkan adalah jaringan yang jumlah mata rantainya paling banyak). Niscaya, teknik sociometri adalah ukuran opini pemimpin, karena terukur melalui para pengikutnya, bagaimanapun hal itu mengharuskan pertanyaan pada sejumlah besar responden dalam rangka menempatkan sejumlah kecil opini pemimpin. Dan metoda sociometri adalah yang paling sering digunakan untuk disain sampling di mana semua anggota sistem sosial diwawancarai, sedangkan sampel kecil di dalam suatu populasi besar dihubungi.*
Hal yang umum untuk menetapkan banyaknya pasangan sociometri yang disebut dengan responden; sebagai contoh, " yang ke tiga ( atau empat, atau lima) wanita di desa ini yang sudah anda berikan penjelasan tentang metode keluarga berencana?". Pada pertanyaan seperti itu pilihan jawaban tidak dibatasi , pertanyaan pada responden untuk hanya untuk menyebutkan mitra jaringan paling kuat. Mungkin yang lain lebih sedikit untuk bisa bertukar informasi jika responden mempersulit untuk tidak menerima inovasi; dalam kenyataan teori Granovetter (1973) "strength-of-weak-ties"/kekuatan melawan kelemahan (didiskusikan selanjutnya dalam bab ini) yang menunjukkan bahwa frekuensi pertemuan yang kurang pada mitra kemungkinan inovasi akan semakin sulit diterima. Barangkali, sangat banyak pertanyaan sociometri perlu menyediakan sejumlah pilihan yang tak terbatas, membiarkan responden menyebutkan nama partnernya dengan siapa ia berdiskusi tentang topik tertentu. Pendekatan lain adalah dengan melakukan "daftar studi," dimana masing-masing responden diberikan daftar semua anggota dalam sistem lain, dan apakah ia meminta pertanyaan atau dia berbicara dengan mereka masing-masing, dan apakah sering. Teknik roster/daftar nama memberi keuntungan mengukur "lemah" atau "kuat" mitra jaringan sociometri.
Alternatif pada penggunaan sociometri untuk mengidentifikasi opini pemimpin menanyakan pada informan kunci untuk mengetahui tentang jaringan komunikasi dalam suatu sistem. Pengalaman yang sering ditunjukkan dengan tangan terbuka untuk mengidentifikasi opini pemimpin dalam suatu sistem, dan teknik sociometri dilakukan dengan sangat teliti, terutama sekali ketika berada dalam sistem yang kecil dan sebaiknya diberitahukan informan.
Teknik menunjuk calon dengan menanyakan kepada responden untuk menandai adanya kecenderungan orang lain menghargai keberadaan pengaruh opini pemimpin. Tipe pertanyaan untuk menunjukkan diri ini adalah: "Apakah kamu berpikir orang-orang datang kepada kamu lebih sering untuk menerima informasi atau nasihat dibandingkan kepada orang lain?" Metode ini tergantung pada ketelitian, dimana responden dapat mengidentifikasi dan melaporkan pendapatnya sendiri. Mengukur opini pemimpin ini terutama sesuai ketika memasukkan sampel acak responden dalam sistem, desain sampling sering menghalangi penggunaan dari metoda sociometri. Keuntungan teknik penunjukkan-diri ini untuk mengukur persepsi individu tentang opini kepemimpinannya, yang mana benar-benar apa mempengaruhi perilakunya.
Alat yang keempat untuk mengukur opini pemimpin adalah observasi, di mana peneliti mengidentifikasi dan mencatat perilaku komunikasi dalam suatu sistem. Satu keuntungan observasi adalah pada umumnya data mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Jika mata rantai jaringan dengan baik diobservasi, ada setidaknya keraguan tentang apakah mereka dikutsertakan atau tidak. Pengamatan kerja terbaik pada sistem sangat kecil, di mana peninjau benar-benar dapat melihat dan merekam terjadinya interaksi hubungan antar pribadi. Sangat disayangkan, dalam sestem yang sedemikian kecil, teknik perpindahan-data sangat ditonjolkan dalam observasi ini. Sebab anggota suatu sistem mengetahui bahwa mereka diamati, mereka boleh bertindak dengan cara yang berbeda.* Lebih lanjut, peninjau perlu mengamati dengan sabar, jika perilaku difusi jaringan yang ia ingin observasi ternyata jarang.
Dalam praktek, pengamatan, jarang digunakan ukuran difusi jaringan dan opini pemimpin. Alat pengukuran paling populer adalah survei sociometri.
Ketika dua atau tiga jenis praktek opini pemimpin telah digunakan pada responden yang sama, korelasi positif pada ukuran telah diperoleh, walaupun hubungan ini sangat sedikit dibanding sempurna, ini menemukan pada kenyaat bahwa pilihan tentang segala sesuatu pada empat metode boleh jadi didasarkan pada kenyamanan, adanya keempat ukuran itu sama-sama valid.















Gambar 8-1. Distribusi sosiometri tentang opini pemimpin yang sangat condong dengan beberapa individu yang menikmati opini pemimpin sangat tinggi dan banyak individu tidak menyukai opini pemimpin.

Gambar 8-1 menunjukkan distribusi ciri opini pemimpin dalam suatu sistem sosial. Sangat sedikit individu menerima banyak pendapat kepemimpinan, kebanyakan individu tidak memilikinya. Opini pimpinan yang paling berpengaruh bagi kunci target usaha agen perubahan.
Distribusi pendapat yang condong pada kepemimpinan yang sama telah ditemukan di kebanyakan sistem sosial. Data ini telah dikumpulkan dari wawancara pribadi dengan contoh 1,142 petani Nigeria di 17 desa tahun 1967. Kebanyakan individu (66 persen) yang tidak menerima pilihan tentang opini pemimpinnya dalam ukuran sociometri. Hal yang lain lebih mengejutkan secara sosiometri, sangat sedikit individu (1 persen) berdasarkan sosiometri dicalonkan oleh lebih dari 71 persen semua individu lainnya di desa mereka.
Sumber: Rogers et al ( 1970).

Karakteristik Opini Pemimpin
Bagaimana cara opini pimpinan berbeda dengan para pengikut mereka? Generalisasi yang berikut meringkas banyaknya pertimbangan pada studi empiris yang dirancang untuk menjawab pertanyaan ini. Pada setiap pertanyaan kita mengacu pada "opini pemimpin" dan "para pengikut" seolah-olah opini pimpinan adalah dikotomi dan jika tanpa pimpinan maka pengikut tidak ada.

Komunikasi Eksternal
Generalisasi 8-8: pimpinan opini mempunyai ekspose lebih besar ke media massa dibanding para pengikut mereka. Konsepsi dasar dua-langkah mengalirkan hipotesis yang menyatakan opini pimpinan menggali keberadaan mass media. Di mana opini pimpinan memperoleh kemampuan mereka dengan bertindak sebagai untuk memperlebar pintu masuk adanya gagasan baru ke dalam sistem sosial mereka. Pertalian disajikan oleh saluran media massa, dengan cosmo kesopanan pemimpin, atau pemimpin lebih sering kontak dengan agen perubahan. Generalisasi 8-9: pimpinan opini menjadikan orang lebih kosmopolit dibanding para pengikut mereka.
Generalisasi 8-10: pimpinan opini lebih sering kontak dengan agen perubahan dibanding para pengikut mereka (Gambar 8-2).

Kemampuan Mengakses
Pemimpin opini sesuai rencana mereka masuk untuk menyebarkan pesan tentang inovasi, mereka harus mempunyai jaringan hubungan antar pribadi dengan para pengikut mereka. Opini pimpinan harus dapat diakses. Yang menunjukan dapat diakses adalah berupa keikutsertaan sosial; face-to-face komunikasi tentang gagasan baru yang dilakukan pada pertemuan-pertemuan organisasi formal dan melalui diskusi informal.
Penyamarataan 8-11: Pemimpin opini mempunyai keikutsertaan sosial lebih besar dibanding para pengikut mereka. Ilustrasi poin ini diberikan pada dua orang kunci pemimpin opini di Solera jaringan difusi untuk solar matahari (yang ditunjukkan kemudian pada gambar 8-7).

Status Ekonomi-Sosial
Kita berharap seorang pengikut secara khusus mencari seorang pemimpin opini kebanyakan dari status lebih tinggi dibanding mereka sendiri, seperti/ketika diusulkan Penyamarataan 8-2. Maka para pemimpin opini, rata-rata berada pada status lebih tinggi. Poin ini dinyatakan oleh Tarde (1903, h. 221): "Penemuan dapat dimulai dari orang-orang pada kelas bawah, tetapi perluasannya tergantung pada keberadaan beberapa pengakuan sosial." Generalisasi 8-12: Pemimpin opini mempunyai status ekonomi-sosial lebih tinggi dibanding para pengikut mereka. Gambar 8-2 menunjukkan hubungan pada petani Brazilia; opini pemimpin agar mempunyai banyak kebun lebih besar dan mengikuti cara mereka.


Data ini datang dari wawancara pribadi dengan 1.307 petani Brazilia pada tahun 1966. Skor kepemimpinan opini secara sosiometri dibagi menjadi tiga kategori di sini: (1) "Tinggi," 6 % responden dengan prestasi kepemimpinan opini paling tinggi, (2) "Medium," 16 % responden dengan kepemimpinan opini, dan (3) "Rendah," 78 % petani Brazilia hampir tidak menemukan opini pemimpin, Sumber: Rogers et al (1970).

Kesadaran Inovasi
Jika opini pemimpin dapat dikenal oleh mereka yang ditunjuk sebagai tenaga ahli berkompeten tentang inovasi, ada kemungkinan bahwa mereka mengadopsi gagasan baru sebelum para pengikut mereka. Ada dukungan empiris kuat untuk Generalisasi 8-13: Pemimpin opini menjadi lebih inovatif dibanding para pengikut mereka (Gambar 8-2). Bagaimanapun, temuan riset tidak menandai keberadaan, para pemimpin opini adalah seorang yang inovator. Kadang-Kadang mereka bukanlah seorang inovator. Pada mulanya, nampak adanya bukti berlawanan pada opini pemimpin sebagai inovator. Apa yang menjelaskan paradok nyata ini? Kita harus mempertimbangkan efek sistem norma-norma pada inovasi para pemimpin opini, sebab tingkat bagi para pemimpin opini adalah mereka yang inovatif tergantung dari banyaknya para pengikut mereka.

Inovatif, Opini Kepemimpinan, dan Sistem Norma
Bagaimana caranya para pemimpin opini paling menyesuaikan diri ke sistem norma-norma dan pada waktu yang sama memimpin pengadopsian dari gagasan baru? Jawaban dinyatakan sesuai Generalisasi 8-14: Ketika norma-norma sistem sosial sesuai dengan perubahan, opini pemimpin lebih inovatif, tetapi ketika norma-norma tidak cocok dengan perubahan, para pemimpin opini tidak berinovasi. Dalam sistem norma-norma yang lebih tradisional, para pemimpin opini secara individu pada umumnya terpisah dari inovator. Inovator dianggap mencurigakan dan sering juga kurang dihormati oleh anggota sistem. Sistem, tidak percaya pada pemahaman mereka tentang inovasi. Sebagai contoh, studi petani di Kolumbia, Rogers dan Svenning (1969, hh. 230-231) yang menemukan para pemimpin opini di desa secara relatif menjadi progresif lebih inovatif dibanding para pengikut mereka, tetapi di desa yang tradisional para pemimpin opini sedikit lebih inovatif dibanding para pengikut mereka dan lebih lama dan lebih sedikit orang yang kosmopolit. Sehingga system norma-norma menentukan ya atau tidaknya para pemimpin opini sebagai inovator.
Data dari evaluasi di berbagai negara mendukung hipotesis para pemimpin opini untuk menyesuaikan diri dengan sistem norma-norma sistem. Sebagai contoh, Herzog et al (1968, h. 72) yang disimpulkan dari studi mereka di desa Brazilia bahwa: "Dalam masyarakat yang paling tradisional, bukan saja para pemimpin maupun para pengikut mereka yang inovatif, dan sebagai hasilnya, masyarakat hidup tradisional. Dalam masyarakat yang paling modern, norma-norma masyarakat menyukai inovasi dan kedua-duanya dari para pemimpin dan para pengikutnya berinovasi. Dalam masyarakat kelas menengah, di mana langsung membawa modernisasi, melakukan pembagian divisi dan para pemimpin opini masyarakat memimpin ke arah moderenisasi, dengan mengusahakan gagasan baru pada petani dalam masyarakat."
Ada implikasi penting untuk agen perubahan dalam menggeneralisasikan saat ini tentang penyesuaian opini pemimpin ke norma-norma. Kesalahan umum dibuat oleh agen perubahan bahwa mereka memilih opini pemimpin yang terlalu inovatif. Kita masuk pada bab 9 bahwa agen perubahan bekerja untuk menciptakan opini pemimpin membahas para pemimpin pendapat dalam rangka menutup gap heterophily dengan klien mereka. Tetapi jika para pemimpin pendapat terlalu lebih inovatif dibanding rata-rata klien, yang awalnya heterophily berada di antara agen perubahan dan kliennya, sekarang ada diantara para pemimpin opini dan para pengikut mereka. Inovator adalah para pemimpin opini yang lemah dalam sistem dengan norma-norma yang tradisional, mereka mengorientasikan pilihan dan juga perubahan. Inovator bertindak sebagai suatu model tidak nyata untuk rata-rata klien, dan dia mengetahui ini. Orang yang mengadopsi kategori para pemimpin opini dalam sistem, kemudian, menggantungkan pada posisi mereka sehubungan dengan norma-norma sistem.
Kasus paralel diantara petani yang memimpin opini ditemukan pada kasus terdahulu "sekolah laboratorium" di Amerika Serikat. Sekolah ini pada umumnya dipersatukan dalam pendidikan perguruan tinggi, dalam lingkungan kampus universitas, dan menggunakan pengenalan dan percobaan tentang metoda mengajar yang baru. Laboratorium Sekolah hampir mempunyai dana tak terbatas, dan anggota siswanya terdiri atas anak-anak cerdas. Menurut mereka, sekolah laboratorium adalah suatu usaha untuk menunjukkan inovasi bidang pendidikan yang kemudian menyebar bagi sekolah lain. Tetapi sekolah laboratorium, dengan lingkungan mereka yang diperkaya dan didiami para siswa berbakat, telah dirasa terlalu heterophili oleh rata-rata sekolah. Kunjungan para guru dan pengurus yang datang ke laboratorium sekolah, terdorong oleh kecurigaan, pergi meninjau adanya ketidakpercayaan oleh inovasi yang mereka amati. Sebagai hasilnya, sekolah laboratorium Amerika Serikat jatuh hingga namanya dicap jelek sebagai penyedia fasilitas difusi, dan mereka semua hampir menyelesaikannya di tahun terakhir. Mereka gagal mendemonstrasikan inovasi bidang pendidikan.
Kadang-Kadang agen perubahan mengidentifikasi para pemimpin opini agar berpotensi efektif dengan klien mereka, tetapi mereka berkonsentrasi pada hubungan mereka sendiri diantara kelompoknya, seharusnya segera mencari sesuatu yang baru dan menghilangkan sikap mereka yang mengacuhkan klien-nya. Menghargai hubungan antara para pemimpin opini dan para pengikut mereka adalah hal yang sangat menguntungkan. Jika seorang pemimpin opini menjadi terlalu inovatif, atau mengadopsi gagasan baru juga dengan cepat, para pengikut nya bisa memulai untuk meragukan pendapat yang diajukan pemimpin. Salah satu peran tentang opini pemimpin dalam sistem sosial adalah untuk membantu mengurangi ketidak-pastian tentang inovasi untuk para pengikutnya. Untuk memenuhi peran ini, pendapat pemimpin memerlukan pertimbangan bijaksana dalam keputusannya untuk mengadopsi gagasan baru. Sehingga inovator harus secara terus menerus memantau tanggung jawabnya, dan mempertimbangkan dimana sistemnya berada.
Pengaruh opini pemimpin dalam sistem sosial bisa saling berhubungan dengan tidak hanya atas dasar inovasinya saja dan sehubungan dengan norma-norma sistem, tetapi juga atas dasar sifat alami inovasi yang sedang menyebar. Ilustrasi yang menarik peran para pemimpin opini di dalam difusi suatu ketidakpastian-tinggi/ highuncertainty dan ketidakpastian-rendah/low-uncertainty inovasi disajikan oleh Becker para direktur tentang departemen kesehatan lokal di tiga negara. Low-Uncertainty Inovasi pada program imuniasi campak, suatu gagasan baru yang cocok dan mudah sebagai tujuan departemen kesehatan dan kompatibel dengan norma-norma para direktur profeional departemen kesehatan (diantaranya dokter umum). Program Imuniasi Campak menyebar dengan cepat pada abad sembilan belas. Inovator pengadopsi program baru ini adalah para pemimpin opini di antaranya sembilan-puluh lima para direktur departemen kesehatan (dengan kata lain, perilaku opini para pemimpin dapat mempercepat proses difusi).
Inovasi dengan ketidakpastian-tinggi pada penyaringan diabetes, suatu program yang dating secara radikal dari aktivitas jawatan kesehatan umum. Inovasi ini secara sosial penuh resiko sebab mengganggu aktivitas umum, yang dilakukan oleh dokter praktek umum (penyaringan untuk penyakit kronis). Maka inovasi ini tidak cocok dengan norma-norma sistem. Inovator mengadopsi inovasi ini bukanlah dari opini pimpinan, tetapi mereka adalah para direktur departemen kesehatan yang dinilai secara sosial termarginalkan. Para pemimpin opini mengetahui tentang inovasi ini, tetapi mereka menunggu untuk mengadopsinya. Sekali ketika inovator telah menerapkan inovasi penyaringan diabetes dan menemukan bahwa hal itu beresiko sosial tidaklah berlebihan, opini para pemimpin diadopsi. Inovasi penyaringan diabetes kemudian menyebar secara wajar dengan cepat, tetapi setelah melewati awal yang lambat.
Becker (1970) yang menginterpretasikan penemuannya untuk individu yang mengadopsi inovasi tergantung pada apakah individu adalah seorang pemimpin opini atau bukan. Individu inovatif secara normal mungkin menahan mengadopsi ketidakpastian-yang tinggi dari inovasi dalam rangka memelihara atau untuk meningkatkan kepemimpinan opini mereka.
Becker (1970) menyelidiki para direktur departemen kesehatan membedakan responden sebagai pimpinan organisasi. Dapatkah organisasi memiliki opini kepemimpinan, ketika individu melakukannya? Studi oleh Walker (1966) menyatakan bahwa inovasi dapat berdifusi dari organisasi ke organisasi melalui jaringan inter organisasi, dalam proses paralel itu antar individu dalam suatu sistem sosial.* Organisasi yang dipelajari oleh Profesor Walker pada lima puluh negera bagain di Amerika Serikat. Masing-Masing status telah dicapai pada inovasinya atas dasar] mengadopsi (dengan penetapan hukum status) masing-masing delapan puluh-delapan menyatakan program bidang kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, konservasi, jalan raya, hak-hak warga negara, polisi, dan semacamnya. Masing-Masing adopsi oleh status yang menawarkan sejumlah jasa/layanan baru, menetapkan suatu peraturan baru, atau menciptakan agen baru. Contohnya dimana adanya pengenaan pajak pada penggunaan bensin, menetapkan RUU, rekening hak-hak warga negara, melengkapi pemeriksaan rumah jagal, dan mekmati suatu kesehatan status menumpang. Ada lima negara yang paling inovatif, Walker (1971, h. 358) menemukan diantaranya New York, Massachusetts, California, New Jersey, dan Michigan. Dasar daftar Walker adalah Mississippi. Memelopori negara, Profesor Walker menyebutnya "liga nasional," mempunyai populasi besar dikota dan terindustrialisasi. Barangkali mereka menghadapi permasalahan sosial beberapa tahun sebelumnya sebagai negara yang lebih kecil, dan menetapkan jenis hukum baru dalam rangka mengatasi permasalahan ini.
Pada setiap negera bagian di Amerika Serikat, negara tertentu memunculkan para pemimpin opini, ketika mereka mengadopsi suatu program baru, negara bagian lain mengikutinya. Jika inovasi yang pertama diadopsi oleh selain negara tersebut, kemudian menyebar kepada negara lain secara pelan-pelan atau sama sekali tidak. Struktur komunikasi nampak ada untuk difusi inovasi di antara negara itu.
Dalam analisa lebih lanjut, data sociometri Walker (1971) yang dikumpulkan dari wawancara pribadi dengan pejabat di sepuluh negara untuk menentukan pola jaringan difusi dan opini kepemimpinan yang nyata di antara negara bagian Amerika. Pejabat melihat dengan segera ke negara membuat inovasi dengan mencari-cari informasi tentang inovasi: "Pengurus bagian komunikasi, paling siap dengan rekan pendamping mereka di negara, yang mereka percaya mempunyai sumber daya serupa, permasalahan sosial, dan gaya administratif" (Walker, 1971, h. 381). Sebagai contoh, pejabat Iowa mengikuti petunjuk inovasi tertentu negara bagian California dan Michigan, walaupun mereka lebih jauh dipengaruhi oleh Wisconsin, negara bagian Iowa telah dipertimbangkan model yang lebih sesuai. Wisconsin beada diurutan sepuluh untuk indeks inovasi. Sedangkan Iowa pada rating duapuluh sembilan.
* Penerbitan yang berhubungan dengan studi inovatif Walker diantara beberapa negara bagian A.S ( 1966, 1971, 1973) dan Gray ( l973a, 1973b).

Secara ringkas, pemikiran tentang proses difusi di antara yang lima puluh negara bagian Amerika dimulai ketika ditetapkannya hukum baru yang diadopsi oleh satu atau lebih lima Negara "liga nasional", yang mana setelah beberapa tahun bias mengadopsinya dari salah satu negara pemimpin opini regional. Kemudian hukum yang baru menyebar dengan cepat di antaranya melingkupi negara bagian. Disampaikan oleh negara yang memiliki opini pemimpin yang inovator berjumlah lima negara dan diikuti oleh empat puluh lima negara bagian lainnya. Mereka saling berhubungan kepada jaringan difusi di seluruh negara. Sampai di sini permulaan kita untuk memperhatikan lebih jauh karakteristik para pemimpin opini versus para pengikut. Kita sudah mengambil langkah yang berikutnya ke arah perolehan peningkatan pemahaman jaringan difusi.

Opini pemimpin Polymorphik dan Monomorphik
Apakah semua tujuan para pemimpin opini dalam sistem, atau adakah perbedaan permasalahan para pemimpin opini? Polymorphis adalah tingkat dimana individu bertindak sebagai seorang pemimpin opini untuk berbagai macam permasalahan. Kebalikannya, Monomorphis adalah kecenderungan individu untuk bertindak sebagai pemimpin opini-hanya untuk satu permasalahan. Tingkat opini pemimpinan polymorphik dalam sistem sosial ditentukan berbeda diantaranya menurut faktor keaneka ragaman topik yang posisinya mengukur opini kepemimpinan, apakah norma-norma sistem progresif atau tidak, dan seterusnya. Analisa opini kepemimpinan antar keluarga di Decatur, Illinois, menyajikan empat permasalahan yang berbeda (pertunjukan, gambar hidup, afair publik, dan produk konsumen) oleh Katz dan Lazarsfeld (1955, h. 334) yang menemukan sepertiga para pemimpin opini menggunakan pengaruh mereka di lebih dari satu yang ditentukan pada empat area. Studi lain melaporkan lebih sedikit polymorphis.

KETOKOHAN DAN JARINGAN DIFUSI

KETOKOHAN
DAN JARINGAN DIFUSI



Pada Bab-bab sebelumnya telah kami tekankan pentingnya pengaruh jaringan antar pribadi terhadap seseorang dalam meyakinkannya untuk mengadopsi suatu inovasi. Pada bab ini kami menggali apa yang diketahui (dari hasil-hasil kajian)tentang jejaringan difusi dan bagaimana jejaringan itu berfungsi sebagai penyampai informasi penilaian inovasi untuk mengurangi ketak-pastian mengenai kemanfaatan ide baru itu.
Kami mulai dengan pembahasan tentang ketokohan , yakni seberapa jauh seseorang relatif sering secara informal dapat mempengaruhi sikap atau taindakan orang lain kearah yang dikehendaki. Tokoh masyarakat(opinion leader)adalah orang-orang yang mempengaruhi pendapat orang lain tentang inovasi. Perilaku tokoh masyarakat itu penting dalam menentukan tingkat adipsi suatu inofasi dalam suatu sistem sosial; nyatanya,kurva difusi bisa berbentuk-S karena pada saat tokoh masyarakat mengadopsi inovasi, ia mampu menggerakan jejaringan difusi dalam suatu sistem sosial.untuk memahami sifat ketokohan,kami akan membahas (1)berbagai model arus komunikasi massa,misalnya arus dua tahapdan revisinya,(2)bagaimana heterofili dan hemofili mempengaruhi arus komunikasi,(3)mengukur ketokohan,dan(4)ciri-ciri ketokohan. Selanjutnya kami akan mengungkap peranan tokoh model dalam jejaringan difusi, dan bagaimana komunikasi antar pribadi mengarahkan proses difusi.


MODEL-MODEL ARUS KOMUNIKASI MASSA
Untuk memahami lebih baik sifat ketokohan dalam difusi,secara ringkas kita membahas beberapa model arus komunikasi massa sesuai dengan urutan waktu masuknya model-model itu kedalam kancah penelitian komunikasi.

MODEL JARUM SUNTIK
Model jarum suntik mendalilkanbahwa media masa pnya pengaruh langsung, segera dan sangat kuat terhadap khalayak masa media masa pada tahun 1940an dan 1950an dipandang sebagi yang paling berpengaruh terhadap perilaku manusia kemahakuasaan media (massa)digambarkan sebagai pembawa pesan-pesan kepada masa atomik (seperti atom:butiran yang terlapas satu sama lain )yang sedang siap menerima,tanpa ada penyelanya(Katz dan Lazarpeld, 1955:16). Bukti kekuatan munikulatif media masa diambil dari peristiwa-peristiwa bersejarah:(1)peranan suratkabar hearst dalam menumbuhkan dukungan terhadap perang Spanyol-Amerika,(2) kekuatan propaganda Goebel selama perang dunia II,dan (3)pengaruh iklan medison avenue terhadap perilaku konsumen dan pengambilan suara (voting).

Akhirnya ,ketika metode-metode yang lebih canggih di gunakan dalam penelitian komunikasi,keraguan besar menyelimuti model jarum suntik. model ini terutama di dasarkan pada pembuatan teori secara intuitif tentang peristiwa-peristiwa bersejarah dan terlalu sederhana , terlalu mekanistik, dan terlalu kasar di dalam memperhitungkan secara akurat pengaruh media massa.

MODEL ARUS DUA TAHAP
Penolakan terhadap model jarum suntik terjadi secara tak sengaja dikarenakan suatu penelitian klasik tentang pemilihan presiden pda tahun 1940 (Lazarfeld et al 1944). Penyelidikan ini di rancang dengan menggunakan model jarum suntik dan dimaksudkan untuk menganalisis peranan media massa dalam menguatkan keputusan politik .Adalah kejutan bagi para peneliti, karena bukti yang ada menunjukan bahwa hampir tidak ada pilihan yang dipengaruhi langsungoleh media massa. Lazarfels dan Manzel(1963:96)mengakui bahwa: “kajian ini cukup lama dilakukan untuk menentukan bagaimana media massa menyebabkan perilaku voting. Suatu kejutan bagi kami bahwa ternyata pengaruhnyaagak kecil….Didalam keputusan politik agaknya orang lebih banyak dipengaruhi oleh kontak tatap muka dengan orang lain …. Dari pada oleh media massa secara langsung”. Disamping data tampaknya menunjukan bahwa ide-ide sering mengalirdari radio dan cetakan ke tokoh masyarakat dan dari tokoh masyarakat kepada penduduk.(lazarfeld et al 1944:51).Tahap pertama, dari sumber kepada tokoh masyarakat, terutama memindahkan informasi, sedangkan tahap kedua , dari tokoh masyarakat kepada pengikutnya, juga menyebar pengaruh. Hipotesis arus dua tahap sejak saat itu telah diuji dengan berbagai situasi komunikasi dan umumnya didapati memberi kerangka konseptual yang bermanfaat untuk menguji arus komunikasi massa.

Model arus dua-tahap membantu mengarahkan perhatian kepada pertemuan antarapengaruh media massa dan media antar pribadi. Ini berarti bahwa media massa tidak begituberkuasa dan langsung pengaruhnya seperti dianggap orang sebelumnya. Bisa jadi orang mengetahui suatu ide baru, apakah melalui media massa atau melalui saluran antar pribadi, dan kemidian terlibat dalam pertukaran pesan itu dengan teman-temannya melalui tatap muka. Pandangan bahwa proses komunikasi massa hanya terdiri dari dua tahap membatasi penganalisisan proses itu sendiri.proses komunikasi massa mungkin mencakup lebih atau kurang dari dua tahap.Dalam beberapa hal mugkin hanya satu tahap: media massa langsung mempengaruhi si penerima. Dalam kasus lain mungkin media massa menyebabkan terjadinya proses komunikasi multi tahap.

Di dalam proses keputusan inovasi, sumber/saluran komunikasi yang berfungsi pada masing-masing tahap berbeda.Model arus dua tahap yang asli tidak mengenal perbedaan peranan sumber/saluran pada berbagai tahapan keputusan inovasi.kita tau dari pembahasan sebelumnya (Bab 5) bahwa seseorang dalam keputusan inovasi itu mulai dari (1) pengetahuan tentang inovasi,kemudian (2) persuasi (3) keputusan untuk memakai atau menolak inovasi, peranan inovasi dan (5)yang terakhir pengukuhan. Saluran media massa terutama berfungsi sebagai pencipta pengetahuan,sedangkan saluran antar pribadi berperan lebih penting dalam mempengaruhi seseorang untuk menerima atau menolak inovasi.Pandangan ini dalam pernyataan asli model dua-tahap tidak ada,karena urutan waktu yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan diabaikan.Perbedaan sumber/saluran dalam tahap pengetahuan dan tahap persuasi ada, baik bagi tokoh masyarakat maupun pengikutya. Jadi, tokoh masyarakat tidak hanya satu-satunya orang yang menggunakan saluran media massa,seperti yang dinyatakan oleh model asli arus dua tahap.

HOMOFILI-HETEROFILI DAN ARUS KOMUNIKASI
Pemahaman orang tentang sifat arus komunikasi melalui jejaringan antar pribadi dapat diperluas dengan konsep homofili dan heterofili. Siapa yang menyiarkan pesan-pesan kepada siapa di dalam anlisis jaringan itu.

Homofili-Heterofili
Satu prinsip pokok komunikasi manusia adalah bahwa pemindahan ide-ide sering kali terjadi antara orang-orang sepadan, atau homofilus. Homofili adlah sejauh mana pasangann yang berinteraksi itu mirip dalam ciri-ciri tertentu,seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan semacamnya. Walaupun satu label konseptual --homofi-li—diberikan terhadap gejala ini baru dipakai dalam beberapa tahun belakangan ini oleh Lazarfeld dan Merton (1964:23) keberadaan perilaku homofili telah dicatat setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903:64): ‘’Hubungan sosial , saya ulang, lebih erat antara orang-orang yang serupa satu sama lain dalam pekerjaan dan pendidikannya’’.
Homofili terjadi begitu sering karena komunikasi itu lebih efktif bila sumber dan penerima sepadan. Komunikasi yang efektif seperti itu menyenangkan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Bila dua orang bertukar makna, kepercayaan yang sama dan bahasa yang mereka pergunakan sama, komunikasi antar mereka cenderung lebih lancar.
Kebanyakan orang meyukai kenikmatan berinteraksi dengan orang lain yang sangat mirip dengannya. Berbincang dengan orang yang sangat berbada dengan diri kita sendiri memerlukan usaha keras agr komunikasi itu lancar. Komunikasi yang heterofilus bisa menyebabkan ketakserasian pandangan karena seseorang dihadapkan pada pesan yang-pesan yang tidak cocok dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada, menyebabkan keadaan psikolgis yang tidak mengenakkan.Homofili dan komunikasi yang efektif itu saling mendukung.semakin sering terjadi komunikasi antara anggota suatu pasangan,semakin cenderung mereka menjadi homofilus,semakin homofilus mereka semakin besar kemungkinan komunikasi mereka efektif.Orang-Orang yang menerobosbatas –batas homofili dan berusah
Berkomunikasi
Tetapi komunikasi heterofilus punya kelebihan berupa kesanggupan informasonal khusus,
Walaupun ini di realisasikan .seperti akan kami uraikan pada bagian akhir nanti,jejaringan yang homofilus
Sering menghubungkan dua klik,merentang dua kumpulan orang-orang yang secara sosial tidak sama.
Mata rantai antar pribadi terutama penting dalam membawa informasi mengenai inofasi, seperti di sebut

17.1.10

Teori dan Perkembangan Implementasi Program PLS

1. Pendidikan Sepanjang Hayat

conceptual framework
Many concepts were mentioned in the opening chapter without any being rigorously defined; it is now necessary to examine some of them. The concept of education will be analysed first and this will form the base for examining some of the terms in contemporary usage that relate in some way to the education of adults, during which the underlying philosophies will become more apparent. The chapter has nine sections. While the chapter title implies something of a historical sequence, it should more accurately be read as a conceptual continuum. In addition, it will become clear that the same terms are employed in different ways, while, on occa-sions, different terms are used to convey the same meaning!

The changing concept of education

In the opening chapter, reference was made to the way in which know-ledge changes rapidly and consequently the so-called ‘front-end’ model of education, which was appropriate for less technological societies, is no longer relevant to contemporary society. However, this requires further discussion, and perhaps the simplest way to illustrate the concept is dia-grammatically and an adaptation of Boyle’s diagram is used for this purpose (see Figure 2.1).

This clearly demonstrates the idea that education was regarded as occurring only during the formative years and that when social maturity, or adulthood, was achieved then education ceases. This approach may be found in many early writers on the subject of education. John Stuart Mill, for instance, claimed that the content of education was to be found in ‘the culture which each generation purposely gives to those who are to be their successors’ (cited in Lester-Smith, 1966:9). Emile Durkheim, a French soci-ologist and educationalist, regarded education in a similar manner: for him it was ‘the influence exercised by adult generations on those who are not yet ready for social life’ (1956:71). But by the beginning of the twentieth century, it was becoming more apparent in the West that an inter-generational perspective was not adequate to describe the educational process. John Dewey (1916:8), for instance, was forced to add the prefix formal to the term education in order to express the same sentiments as those specified by Mill and Durkheim if society was to transmit all its achieve-ments from one generation to the subsequent one. Today, formal educa-tion both refers to institutionalized learning and a teaching method – to the structure and the process. In addition, it is the term most likely to be used to convey the same idea is initial education. This has been described as:

going to school, including nursery school, but it could go on full or part-time into the mid-20s. After compulsory schooling, ‘initial’ education takes a wide variety of forms: full-time study in sixth form, university, college, polytechnic, medical school, military academy and so on; part-time day release, evening classes and correspondence courses; on the job training in the factory.

(ACACE, 1979a:9–10)
In a similar manner, Coombs and Ahmed sought to distinguish formal education from informal and non-formal education. They define it as: ‘the highly institutionalized chronologically graded and hierarchically structured “education system” spanning lower primary school and upper reaches of the university’ (1974:8). Their intention was to distinguish this initial formal system from other forms of lifelong education occurring throughout the world. The idea underlying initial education is that at a given stage in the lifespan individuals have stored away sufficient know-ledge and skill to serve them for the remainder of their lives, so that their education is then complete.

Such a model of education is also implicit in the writings of the well-known English philosopher of education, R.S. Peters, who made a clear distinction between education and the educated man (a term which Peters used without gender bias). Peters (1972:9) regarded being edu-cated as a state that individuals achieve, whilst education is a family of processes that lead to this state. However, it might be advantageous to enquire whether the educated person is an end-state without being the end of the journey. Peters’ writings tend to suggest that he considers it as such, for he claims that education ‘was not thought of (previously) explic-itly as a family of processes which have as their outcome the development of an educated man in the way in which it is now’ (1972:7). While this seems to imply that Peters considered that the educated person is an end-state, it is possible to regard it as a social status in contrast to the unedu-cated person. Yet even if it is an achievement, is it possible for the educated person to undertake more education? Of course it is – but to where does the additional process lead? If it is regarded as a status, then that status remains unchanged. Peters rightly claimed that to be an edu-cated person is not to have arrived but to travel with a different view during life. Hence, for him, the educated person is both educated and being educated throughout the whole of his life. Indeed, if the state were achieved then the process must continue or else it would be lost. Hence it is maintained here that the process is significant, perhaps more significant than the state or the end-product. Therefore, no initial or intergeneration aspect may be considered intrinsic to the concept of education, since the educated person should always be in the process of being educated.

It may, therefore, be concluded that education is an institutionalized learning process and, as such, it may be seen as the way in which societies respond to the basic learning need in humankind, which was discussed previously. However, not all learning is educational. Few people would deny, for instance, that indoctrination is a learning process but they would almost certainly deny that it is an educational one, so that specific criteria need to be adduced in order to ascertain whether any learning process is educational. Elsewhere (Jarvis, 1983a), this has been worked out in some detail, so that it would be repetitive to do more than summarize that dis-cussion here.

Peters (1966:23ff.), following Wittgenstein, claimed that the concept of education is too complex to define and so he suggested that there is a family of similar phenomena that may be regarded as education, as we pointed out above. He put forward three sets of criteria for consideration as a basis for education, but they were not regarded as totally satisfactory, so that other criteria were suggested. For him education must involve: a learning process which is institutionalized; the learning process should not be a single event; the process should be planned rather than haphazard; an essentially humanistic process because knowledge is humanistic and because the process involves human beings as learners and, also, maybe as teachers; learning has to involve understanding, which is essen-tially a quality of critical awareness. Before a definition is offered it is necessary to examine the term ‘humanistic’ here. Dewey claimed that knowledge is essentially ‘humanistic in quality not because it is about human products in the past, but because of what it does in liberating human intelligence and human sympathy’ (1916:230 – italics in original). It is this human element that was reflected in the discussion in the opening chapter when knowledge was separated from information. He went on to suggest that any specific matter that does this is essentially humane, so that in this context humanistic has two facets: it is concerned about the welfare and humanity of the participants and it is humane. Hence this implies that the educational process is normative and idealis-tic. Education may now be defined as ‘any institutionalized and planned series of incidents, having a humanistic basis, directed towards the participants learning and understanding’. This definition is very broad since it is the common factor in the multitudinous branches of education, and it is possible to modify and adapt it, so that the definition may reflect the meaning added to the basic idea when a prefix is placed before the term education, for example lifelong education requires only that ‘and which may occur at any stage in the lifespan’ be added to the above defini-tion. Hence it may be seen that this basic definition of education does not restrict education to any specific learning process; to any time in life; to any specific location; to any specific purpose. The front-end model of edu-cation, depicted in Figure 2.1, is, therefore, only one branch of education rather than being the total educational process. It has been difficult to change people’s attitudes towards education and this front-end model of initial education has been equated with education per se in people’s minds. This would also be true in many other countries throughout the world.


Consequently, the education of adults is still often viewed by some as an optional extra added after initial education has actually been completed, so that it has remained marginal to the institution of education in society.

In the following sections we shall examine some of the prefixes that describe the various branches of education that are relevant to the educa-tion of adults; but, prior to embarking upon this, it is necessary to clarify the relationship between teaching, learning and education.




a. Pendidkan sepanjang hayat hidup berusaha mencari kesinambungan dan kaitan antara dimensi vertikal atau longitudinal, bahwa pendidikan sepanjang hayat menyangkut pembelajaran individu atau masyarakat semenjak dia dilahirkan dan sampai dia meninggal dunia, manusia belajar tanpa henti sampai dia menjadi sesuatu tanpa dibatasi usia dan golongan status sosial. Dengan demikian manusia belajar kapanpun dia selama masih hidup.
Sedangkan menyangkut dimensi horizontal bahwa manusia belajar dimanapun dia berada, manusia belajar dari manusia sendiri atau dari lingkungan sekitar, manusia yang berpikir akan peningkatan kualitas hidupnya dan memperbaiki dirinya selama hayatnya tidak akan pernah berhenti dimanapun dia berada sehingga akan menciptakan masyarakat yang gemar belajar.
b. Pendidikan sepanjang hayat adalah learning to be, hal yang dimaksud dalam istilah tersebut bahwa pendidikan sepanjang hayat bertujuan untuk sesuatu menjadi, manusia belajar selama hidupnya untuk sebuah tujuan yang jelas dan akhirnya menjadi sesuatu, manusia yang berbudaya, berahlak, dan beradab. Manusia yang mempunyai keterampilan atau kecakapan hidup dalam menghadapi tantangan dan permasalahan hidupnya.

c. The learning society

The learning society is both a confused and a confusing idea that requires some explication here, but in this instance the learning society is associ-ated with social change. The more prevalent or profound the changes that occur in a society, the greater the likelihood that it will be regarded as a learning society. Change is now endemic but the speed of change is differ-ent in different countries, and it is slower in the socially excluded south where behaviour is more patterned and repetitive giving the society a sense of permanence and people can take their behaviour for granted, so that there is little new learning in later life. In other words, for societies to exist their members must repeat certain fundamental processes, like lan-guage and behaviour patterns, but in many societies of rapid social change these patterns are at a minimal level and so taken-for-grantedness cannot always be assumed, and more learning occurs (Jarvis, 1987 inter alia). Consequently, we may think of modern society being threatened by the rapidity of social change – but even in the West not everything is changing; there is still a degree of stability and permanence. There must be both learning and non-learning in social living. However, Coffield (2000:28) suggests that, as a result of the research projects for the learn-ing society programme in the UK for which he was the ESRC co-ordinator, ‘all talk of the learning society will have to be abandoned rather than refined’ (italics in original). He says that there are simply too many modern and post-modern readings of the term for any general agreement on one approach or model to be possible.
Dalam pengertian ini masyarakat belajar adalah terciptanya suatu kondisi dimana masyarakat yang gemar belajar dan saling membelajarkan untuk mencapai suatu masyarakat yang berpengetahuan baik melalui pendidikan formal, informal dan nonformal.


2. Pendidikan kecakapan hidup diposisikan di dalam pendidikan berbasis luas
a. Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara luas dimasyarakat. Wardiman (1998:73) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan sumber daya manusia, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembetukan dasar (fondasi) yang kuat. Dengan demikian broad-based education diartikan bahwa pendekatan pendidikan yang harus memberikan orientasi yang lebih luas, kuat, dan mendasar, sehingga memungkinkan warga masyarakat memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang terjadi pada dirinya baik yang berkaitan dengan usaha atau pekerjaan.
b. Jenis-jenis kecakapan hidup
Nelson-Jones (1992:8) mengemukakan definisi Lifeskills (keterampilan hidup) :
Lifeskills are personally responsible sequences of self-helping choices in specific psychological skills areas conducive to mental wellness. People require a repertoire of life skill according to their developmental tasks and specific problems solving.

Adapun maksud pengertian diatas bahwa keterampilan hidup merupakan urutan pilihan-pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang-bidang keterampilan psikologis yang khusus secara positif diperlukan dirinya berdasarkan tugas-tugas perkembangan dan mampu memecahkan masalah khusus lainnya.
Rana Baskara (2003:5) menyimpulkan bahwa kecakapan hidup adalah kecakapan yang meliputi kecakapan yang diperlukan untuk hidup dalam kehidupan dan penghidupan seseorang. Adapun pengertian kecakapan hidup lainnya adalah kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan ini meliputi empat jenis, yaitu kecakapan personal, kecakapan akademis, kecakapan sosial, dan kecakapan vokasional (Depdiknas, 2002).
Dalam pengertian ini life skill mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan yang penuh kesuksesan dan kebahagiaan, seperti kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan bekerjasama, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kecakapan untuk bekerja, memiliki karakter, dan cara-cara berpikir analitis dan logis (Djam’an Satori, 2001: 3). Dengan demikian life skill mempunyai cakupan amat luas. Oleh karena itu life skill sebenarnya diperlukan oleh setiap orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka kecakapan hidup (Life skill) dapat diartikan sebagai suatu bentuk keterampilan, kemampuan dan ke-sanggupan yang diperlukan individu dalam menghadapi dan mengatasi persoalan hidup dan kehidupan, mampu mengelola dan mengatasi hambatan serta secara kreatif menemukan solusi dan pada akhirnya individu bahagia terhadap pilihan yang ditetapkannya.

Konsep Kecakapan Hidup
Pembahasan tentang kecakapan hidup tidak akan terlepas dari konsep tentang kompetensi atau pendidikan berbasis kompetensi. Konsep kecakapan hidup mempunyai makna yang sama dengan kompetensi. Sebagaimana dikemukkan oleh Nana Syaodih (2004: 29-30) bahwa secara umum kompetensi mempunyai makna yang hampir sama dengan kecakapan hidup atau “life skill”, yaitu kecakapan-kecakapan, keterampilan untuk menyatakan, memelihara, menjaga dan mengembangkan diri. Kecakapan dan keterampilan-keterampilan tersebut, tidak sekedar berkenaan dengan aspek fisik-biologis, tetapi juga aspek intelektual, sosial, dan afektif (perasaan, sikap, nilai).
Kompetensi atau keterampilan hidup dinyatakan dalam kecakapan, kebiasaan, keterampilan, kegiatan, perbuatan atau performansi yang dapat diamati malahan dapat diukur. Performansi merupakan unsur yang nampak atau ”overt” dari performansi, tetapi di belakang yang nampak tersebut banyak unsur-unsur yang tidak nampak atau “covert”. Suatu kompetensi apalagi kalau kompetensi tersebut berkenaan dengan kompetensi tahap tinggi minimal aspek. Yaitu pengetahuan, keterampilan, proses berpikir, penyesuaian diri, sikap dan nilai-nilai.
Ketujuh aspek kompetensi tersebut dapat digambarkan ke dalam sebuah trapezium atau kerucut berikut ini.















Aspek-aspek Kompetensi (Keterampilan Hidup)
Disadur dari Nana Syaodih S. (2004: 30).

Pengetahuan, keterampilan berpikir, proses berpikir, penyesuaian diri, sikap dan nilai sukar diamati atau diukur karena tersembunyi, tetapi manifestasinya atau penerapannya dalam berbagai situasi nyata dapat diamati atau diukur. Walaupun pemahaman proses berpikir, sikap dan lain-lain itu tidak bisa dilihat tetapi pengaruhnya terhadap performansi dapat dilihat.
Berdasarkan uraian di atas, maka keterampilan hidup (Life skill) dapat diartikan sebagai suatu keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya (Depdiknas, 2002: 1-7).
c. Pendidikan kecakapan hidup dalam pendidikan luar sekolah ditekankan pada learning and earning maksudnya bahwa pendidikan luar sekolah menekankan pada proses belajar yang mengarah pada pembentukan pengetahuan dan keterampilan dan kebutuhan masyarakat guna memecahkan permasalahan-permasalahan yang dirasakan dan kebutuhan mendesak masyarakat, juga perkembangan sosial yang terjadi. Sedangkan jenis kecakapan hidup lainya meliputi aspek peoses berpikir dan penyesuain diri juga diperlukan dalam pendidikan luar sekolah, namun pendidikan luar sekolah lebih menekankan pada aspek learning dan earning, belajar sangat butuh proses berpikir dan penyesuian diri sehingga earning pin dapat selaras dengan nilai-nilai dan norma masyarakat maupun agama.
d. Tujuan pendidikan kecakapan hidup dalam pendidikan luar sekolah adalah untuk membentuk masyarakat dan menanggulangi permasalahan pendidikan, sehingga dapat tercapai masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal hidup dalam keseharian dan dunia kerja, yang akhirnya dapat membentuk suatu masyarakat belajar dan masyarakat yang berpengetahuan.